MerahputihBudaya - Wayang merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang terus dilestarikan keberadaannya. Museum Seni Rupa dan Keramik menggelar sebuah Festival Wayang dengan menghadirkan sebelas jenis pertunjukkan wayang dari berbagai daerah Indonesia.. Kepala Unit pengelola Museum Seni Dyah Damayanti menjelaskan bahwa tujuan pertunjukkan seni wayang ini untuk melestarikan kebudayaan
Mahasiswa/Alumni Universitas Brawijaya19 April 2022 0217Halo Lestari, kakak bantu jawab ya! Jawabannya adalah C. Menggunakan wayang sebagai media pembelajaran di kelas. Berikut penjelasannya ya! Wayang adalah warisan budaya bangsa indonesia yang perlu dilestarikan. pertunjukan wayang saat ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda, sehingga dikhawatirkan wayang tidak dikenal lagi dimasyarakat indonesia. Adapun upaya pelestarian warisan budaya yang sesuai informasi tersebut adalah dengan cara menggunakan wayang sebagai media pembelajaran di kelas. Dengan demikian, generasi muda akan mengetahui eksistensi dari wayang sebagai salah satu warisan budaya bangsa. Terima kasih sudah bertanya dan gunakan Roboguru, semoga membantu ya!
5Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang Wayang Kulit, Seni Berkelas Yang Harus Dilestarikan - Suara Media PDF) UPAYA MENCEGAH HILANGNYA WAYANG KULIT SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA WARISAN BUDAYA BANGSA Membentuk Karakter Bangsa Lewat Cerita Wayang - Unair News

kak jawab dgn benar n cara yapilhan gandanya digambar pertanyaan wayang adl warisan budaya bangsa - Wayang Kulit Seni Berkelas Yang Perlu dilestarikan - Onlinekoe Wayang Kulit Seni Berkelas Yang Perlu Dilestarikan - MutiaraindoTV Wayang Kulit Seni Berkelas Yang Perlu Dilestarikan - MutiaraindoTV Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Pertunjukan wayang saat ini - Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang… Google Bantu Pelestarian Kebudayaan Wayang Lewat Teknologi Wayang Kulit, Seni Berkelas Yang Harus Dilestarikan Kodam IV/Diponegoro 5 Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang… Wayang Kulit, Seni Berkelas Yang Harus Dilestarikan - Suara Media PDF UPAYA MENCEGAH HILANGNYA WAYANG KULIT SEBAGAI EKSPRESI BUDAYA WARISAN BUDAYA BANGSA Membentuk Karakter Bangsa Lewat Cerita Wayang - Unair News Lestarikan Wayang Sebagai Warisan Budaya Bangsa Inilah 10 Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Internasional Melestarikan Kesenian Wayang Kulit Ila Rizky Jenis Budaya Indonesia 5 Jenis Warisan Budaya Indonesia Wayang Bentuk Hiburan Rakyat yang Harus Dilestarikan - Wayang, Kesenian Mendongeng Kuno Kini Dilestarikan secara Digital - Lifestyle Inilah Sederet Warisan Budaya Indonesia yang Diakui UNESCO Bertandang ke Museum Wayang dalam Satu Klik Google Arts & Culture Hadirkan Koleksi Digital 106 Wayang – Skyegrid Media Mengapa Hari Wayang Nasional Jatuh pada 7 November? Simak Alasannya - Google Bantu Pelestarian Kebudayaan Wayang Lewat Teknologi Wayang Kulit dan Jalan Agar Terus Lestari SURAKARTA DAILY Wayang adalah salah satu contoh warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, petunjukkan - Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang… Ini yang Mesti Dilakukan Generasi Milenial terhadap Warisan Budaya Bangsa Indonesia - Batik Sebagai Warisan Budaya Yang Perlu Dilestarikan. – Wartaindonews Wayang Kulit - Pengertian, Lakon & Sejarah Perkembangan Wayang Kulit 5 Jenis Wayang Kulit yang Populer di Indonesia gwslurid Instagram posts - Warisan Budaya Asli Indonesia yang Diakui UNESCO Selain Borobudur 5 Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Keris Sebagai Identitas Budaya Nasional Patut Dilestarikan - News Lestarikan Wayang Sebagai Warisan Budaya Bangsa 5 Jenis Wayang Kulit yang Populer di Indonesia Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Wayang - BAWARASA Warisan Budaya Asli Indonesia yang Diakui UNESCO Selain Borobudur 5 Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Cara Melestarikan Budaya Indonesia Sejarah Wayang Kulit Sebuah Kesenian Luhur Di Indonesia - EduGoEdu 18 Warisan Budaya Indonesia yang Diakui UNESCO, dari Silat sampai Lumpia Untitled Upaya Melestarikan Budaya Bangsa PDF 5 Jenis Wayang Kulit yang Populer di Indonesia 10 Daftar Budaya Indonesia yang Mendunia dan Wajib Kita Lestarikan Seminar Arsitektur RA. 091372 bantuu jawabb iniii jugaaa - Warisan Budaya Asli Indonesia yang Diakui UNESCO Selain Borobudur Kenali Wayang Lewat Google Arts & Culture - Lifestyle Wayang Budaya Asli Indonesia yang Harus Dilestarikan - Jateng Pos KHASANAH BUDAYA INDONESIA the beauty of indonesia Wayang Merupakan Karya Bangsa Indonesia yang Menjadi Warisan Budaya Dunia - Inilah 10 Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Internasional 8 Warisan Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia - Citizen6 Album Wayang Indonesia Anoman – gaya Surakarta Monkey art, Shadow puppets, Art dolls BPNB Jabar Gelar Wayang Kulit di Taman Budaya Lampung - Kabar24 Masyarakat Bisa Memanfaatkan Teknologi Digital untuk… 5 Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Angely Oktavia Pentingnya Mengenal & Melestarikan Budaya Indonesia Indonesia Optimistis Silat Jadi Warisan Budaya Dunia Unesco Macam-Macam Motif Batik Nusantara yang Perlu Diketahui dan Dilestarikan SENI BUDAYA INDONESIA YANG MENDUNIA Berita Lembaga Budaya 5 Fakta Wayang Kulit, Warisan Mahakarya Indonesia yang Mendunia Inilah 10 Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Internasional Merayakan 62 Tahun Universitas Airlangga dengan Wayang Moment Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah, Cermin Kebhinekaan Yang Wajib Dilestarikan - Megapolitan Pos Warisan Budaya Indonesia Kembali Diakui UNESCO sebagai Warisan Dunia – KWRI UNESCO Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO Cara Melestarikan Budaya Indonesia Wow! Ternyata 5 Warisan Budaya Indonesia Ini Sudah Mendunia Loh! - Tokopedia Blog Lestarikan Budaya Indonesia Lewat Wayang Orang Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu wayang saat ini - Budaya Indonesia yang Diakui Unesco Pengertian, Unsurnya Kunjungi Museum Wayang secara Digital Lewat Google Arts & Culture - Tekno Budaya Jawa Wajib Dilestarikan – DPRD JATENG SIPLah WAYANG SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA Sertifikat Keris, Wayang dan Batik dari UNESCO Diserahkan ke Menko Kesra Berita Surabaya Lestarikan Wayang Orang Sebagai Warisan Budaya Budaya Identitas Bangsa yang Harus Dihormati, Dijaga dan Dilestarikan – Pakuan Pos Memaknai Batik sebagai Budaya Warisan Manusia Wayang adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu wayang saat ini - Bangga Kenakan Batik, Puan Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan – PDI Perjuangan Jawa Timur Keris,Warisan Leluhur Yang Harus Dijaga Kelestariannya - Kabar Jawa Timur Berbagi Cerita Keunikan Budaya Bangsa ke Generasi Berikutnya Lewat Teknologi Digital - Berita Senator Wayang Kulit Betawi Satu Bagian Budaya Harus Dilestarikan Google Arts & Culture Hadirkan Koleksi Digital 106 Wayang – Skyegrid Media 9 Jenis Permainan Tradisional Indonesia yang Perlu Dilestarikan Djarum Foundation “Arjuna Galau” Eksplorasi Keindahan Seni Tradisi Google Bantu Pelestarian Kebudayaan Wayang Lewat Teknologi 092816 AKJ 2009 12 04 News Reader WAJIB DIJAGA DAN DILESTARIKAN, BERIKUT BUDAYA INDONESIA YANG MENDUNIA – Prestasi Kita Seni Budaya Wajib Dilestarikan Warisan Budaya dunia asal Indonesia yang diakui UNESCO - Tempat Wisata Keren SARASEHAN TENTANG WAYANG KULIT DAN ISLAM TERHADAP SENI BUDAYA Universitas Negeri Yogyakarta Desa Pilangsari Gelar Syukuran Mapag Sri Dengan Pagelaran Wayang Kulit - Portal Majalengka - Halaman 2 Warisan budaya diakui negara lain, apa yang bisa negara lakukan? — The Finery Report Wayang adalah warisan budaya bangsa indonesia yang perlu wayang saat ini - Workshop and Performing Tour Wayang Suket Indonesia JAVA 2020

Search Asal Susuk. Teori ini menyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar melainkan mereka sudah hidup dan berkembang di wilayah Nusantara itu sendiri Antara rekod terawal yang mencatatkan mengenai nama MELAYU dalam sejarah itu sendiri adalah di dalam peta Ptolemy seawal abad pertama Masihi yang mencatatkan kawasan di Semenanjung Emas yang
Sebagaimana masyarakat lain di planet Bumi ini, masyarakat Indonesia yang terdiri atas ratusan suku dan etnis ini juga memiliki tradisi dan kebudayaan yang khas dan unik, baik yang murni dibentuk oleh faktor-faktor lokal, global atau internasional, maupun gabungan lokal dan global yang oleh sosiolog Roland Robertson disebut “glokal” atau “glocalization”. Meskipun Indonesia memiliki tradisi dan kebudayaan yang sangat kaya, tetapi bukan berarti bahwa tradisi dan kebudayaan itu bisa eksis selamanya. Jika tradisi dan kebudayaan warisan leluhur itu tidak dirawat, dijaga, dan dilestarikan dengan seksama, maka bukan hal yang mustahil jika kelak tradisi dan budaya itu tinggal kenangan saja. Bukan hanya kelak, sekarang pun bahkan sudah terjadi. Sejumlah tradisi dan kebudayaan warisan leluhur bangsa “lenyap dari peredaran” karena sejumlah faktor. Misalnya, generasi muda Jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur mana sekarang yang mengenal sistem tulisan carakan atau “ho no co ro ko” yang dulu diajarkan di sekolah dan dipraktikkan di masyarakat? Hampir dipastikan warisan budaya ini segera musnah karena tidak lagi dipraktikkan di masyarakat. Siapa kini yang peduli untuk menjaga, merawat, melestarikan, memperjuangkan, atau bahkan mengembangkan warisan tradisi dan khazanah kultural, intelektual, dan spirititual serta nilai-nilai luhur leluhur nusantara kita? Siapa yang peduli memperkenalkan kekayaan khazanah kebudayaan nusantara ke masyarakat luas, lebih-lebih dunia internasional atau mancanegara? Pertanyaan ini gampang tapi tak mudah untuk menjawabnya. Budaya yang Baik dan yang Buruk Tentu saja tidak semua praktik tradisi dan kebudayaan masyarakat suku-etnis di Indonesia perlu dilestarikan. Tradisi dan budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan tentu saja tidak perlu dilestarikan. Misalnya, tradisi potong jari jika ada anggota keluarga yang meninggal di sebuah masyarakat suku di Papua atau tradisi membunuh sebagai bentuk kehormatan untuk membela martabat keluarga atau kelompok klan dan suku yang dalam antropologi budaya disebut “honor killing”. Tetapi tradisi dan kebudayaan yang dianggap baik secara universal dan bermanfaat bagi publik luas sangat perlu untuk dijaga, dirawat, dilestarikan, dipertahankan, diperjuangkan, dan bahkan disebarluaskan. Penegasan ini penting apalagi dewasa ini, alih-alih merawat dan mengembangkan tradisi dan kebudayaan nusantara, banyak pihak yang justru cuek dan mengabaikannya. Bukan hanya itu saja, ada bahkan kelompok sosial-keagamaan, baik dalam Islam maupun Kristen, yang malah mendiskreditkan, melecehkan, mengharamkan, dan mengtabukan tradisi asli dan budaya lokal nusantara dengan alasan bertentangan dengan syariat/akidah Islam dan Kristen. Penulis Sumanto al QurtubyFoto DW/A. Purwaningsih Dua Kelompok Kontrabudaya Nusantara Setidaknya ada dua kelompok kontra nusantara yang jika tidak diantisipasi dengan baik bisa berpotensi menghilangkan tradisi dan kebudayaan nusantara di masa mendatang. Kedua kelompok ini ada di dalam struktur pemerintah maupun di luar pemerintah state and society. Kelompok pertama adalah kelompok modernis yang tergila-gila dengan modernitas kemodernan atau kekinian dan kemajuan. Karena terlalu terobsesi dengan kemajuan dan gemerlap dunia modern, mereka mengabaikan hal-ihwal yang berbau lokal karena dianggap tradisional, kuno, kolot, old-fashion, tidak fashionable, atau bahkan “ndeso” dan “kampungan”. Biasanya kelompok ini tergila-gila dengan masyarakat yang mereka bayangkkan atau imajinasikan sebagai “masyarakat maju” dalam hal pendidikan, pengetahuan, sains dan teknologi, perabadan, dan seterusnya. Karena Barat khususnya Amerika Serikat atau Eropa Barat kebetulan saat ini yang dipersepsikan sebagai simbol kemodernan dan kemajuan itu, maka banyak masyarakat Indonesia dewasa ini, tua-muda, laki-perempuan, yang berbondong-bondong meniru “gaya Barat”, baik dalam hal tata-busana, bahasa percakapan maupun pergaulan sehari-hari. Dulu, pada zaman kolonial Belanda, sekelompok elite “pribumi” juga tergila-gila dengan “kompeni” yang karena dianggap sebagai representasi dari kemodernan dan kemajuan tadi. Kedua adalah kelompok agamis, khususnya “kelompok Islamis” dan juga “kelompok syar’i” tetapi juga sejumlah kelompok Kristen puritan-reformis yang juga kontra terhadap tradisi dan budaya lokal nusantara. Harap dibedakan antara “kelompok agama” dan “kelompok agamis”, antara “kelompok Islam” dan “kelompok Islamis” silakan baca karya Bassam Tibi, Islamism and Islam. Yang dimaksud dengan “kelompok agamis” disini baik muslim maupun nonmuslim adalah kelompok fanatikus agama atau kaum reformis-puritan yang mengidealkan kemurnian dan kesempurnaan praktik doktrin dan ajaran agama yang bersih dan murni dari unsur-unsur lokal. Bagi kelompok agamis ini, mempraktikkan elemen-elemen tradisi dan budaya lokal dianggap sebagai perbuatan syirik atau tindakan bid’ah atau bidat yang bisa mengganggu dan menodai otentisitas, kesucian, dan kemurnian doktrin dan ajaran agama mereka. Oleh mereka, aneka adat, tradisi, dan budaya lokal itu dianggap tidak relijius tidak Islami, tidak kristiani dan seterusnya, dan karena itu harus dijauhi dan ditolak karena bertentangan dengan Kitab Suci, teologi atau aqidah, praktik kenabian, serta doktrin dan ajaran normatif agama mereka. Bukan hanya itu saja. Atas nama pemurnian ajaran agama, mereka juga menyerang berbagai aset kultural, nilai-nilai luhur leluhur, dan khazanah keilmuan nenek moyang nusantara karena dianggap bid’ah atau bidat tidak dipraktikkan oleh Nabi Muhammad dan generasi awal Islam atau oleh Yesus dan rasul mula-mula dituduh tidak agamis, dicap tidak syar’i, atau dipandang tidak sesuai dengan ajaran normatif keagamaan tertentu, seraya memperkenalkan dan dalam banyak hal memaksakan doktrin, wacana, gagasan, pandangan, dan ideologi keagamaan eksklusif-puritan dan aneka ragam budaya luar kepada masyarakat Indonesia. Jika “kelompok modernis” di atas mengabaikan tradisi dan budaya lokal lebih karena alasan-alasan yang bersifat profan-sekuler-duniawi, maka “kelompok agamis” menolak adat, tradisi, dan kebudayaan lokal karena alasan teologi-keagamaan yang bersifat sakral-relijius-ukhrawi. Berbeda dengan “kelompok modernis”, “kelompok agamis” ini sangat agresif dalam menyerang hal-ihwal yang berbau lokal. Mereka bukan hanya sekedar mengabaikan dan tak mempraktikkan tradisi dan budaya lokal tetapi juga mengadvokasi untuk memusnahkannya. Meskipun “kelompok modernis”, atau tepatnya sejumlah faksi militan kelompok modernis, dalam batas tertentu, juga menyerang tradisi dan budaya lokal nusantara tetapi mereka tidak seekstrim seperti yang dilakukan oleh “kelompok agama” yang mengampanyekan atau bahkan mempropagandakan penghancuran tradisi, budaya dan nilai-nilai luhur leluhur nusantara. Tanggung Jawa Bersama Untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan bangsa Indonesia, maka perlu upaya dan keseriusan semua pihak, baik negara maupun masyarakat, baik pemerintah maupun rakyat. Karena ini merupakan tanggung jawa bersama. Kerja sama intensif negara-masyarakat state-society cooperation ini menjadi kunci bagi kelestarian tradisi dan kebudayaan luhur warisan leluhur bangsa Indonesia agar tak punah di kemudian hari akibat kelengahan kita. Semoga bermanfaat. Sumanto Al Qurtuby adalah Direktur Nusantara Institute; dosen antropologi budaya di King Fahd University of Petroleum & Minerals, Arab Saudi; Visiting Senior Scholar di National University of Singapore, dan kontributor di Middle East Institute, Washington, Ia memperoleh gelar doktor PhD dari Boston University. Selama menekuni karir akademis, ia telah menerima fellowship dari berbagai institusi riset dan pendidikan seperti National Science Foundation; Earhart Foundation; the Institute on Culture, Religion and World Affairs; the Institute for the Study of Muslim Societies and Civilization; Oxford Center for Islamic Studies, Kyoto University’s Center for Southeast Asian Studies, University of Notre Dame’s Kroc Institute for International Peace Studies; Mennonite Central Committee; National University of Singapore’s Middle East Institute, dlsb. Sumanto telah menulis lebih dari 25 buku, puluhan artikel ilmiah, dan ratusan esai popular, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia yang terbit di berbagai media di dalam dan luar negeri. Di antara jurnal ilmiah yang menerbitkan artikel-artikelnya, antara lain, Asian Journal of Social Science, International Journal of Asian Studies, Asian Perspective, Islam and Christian-Muslim Relations, Southeast Asian Studies, dlsb. Di antara buku-bukunya, antara lain, Religious Violence and Conciliation in Indonesia London Routledge, 2016 dan Saudi Arabia and Indonesian Networks Migration, Education and Islam London & New York Tauris & Bloomsbury. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis. *Tulis komentar Anda di kolom di bawah ini.
Budayabangsa merupakan suatu adat istiadat, norma, nilai, tatanan dan sebuah sistem yang merupakan hasil karya anak bangsa. Hasil karya anak bangsa ini secara turun temurun dijalankan sebagai bagian dari tradisi masyarakat. Ada beberapa aspek yang sekaligus menjadi alasan mengapa kita harus melestarikan budaya bangsa, dan pada kesempatan kali
Wayang konon berasal dari kata "bayang" atau "ayang-ayang” Jawa yang kurang lebih bermakna bayangan, image, gambar, gambaran, atau imajinasi. Wayang memang sebuah bayangan, gambaran, imajinasi, perlambang, atau simbol atas lika-liku kehidupan nyata umat manusia yang sangat warna-warni. Karakter tokoh-tokoh wayang yang beraneka ragam keras-lunak, pendendam-pemaaf, pemarah-penyabar, licik-jujur, beringas-sopan, dlsb merupakan gambaran atau perlambang karakter manusia di dunia nyata. Karakter wayang yang saya sukai adalah Ontoseno atau Antasena salah satu putra Bimasena yang mendapat julukan "Ksatria edan sakti mandraguna" "ksatria gila tetapi sakti tanpa tanding”. Ia adalah sosok yang ceplas-ceplos, ngomongnya ngoko bahasa Jawa kasar tidak bisa bahasa Jawa halus kerama inggil seperti saudara-saudaranya Gatutkaca dan Ontorejo. Tetapi ia memiliki pribadi dan jiwa yang kuat, jujur, ksatria, sakti, dan pemberani membela kebenaran dan melawan keangkaramurkaan siapapun pelakunya. Wayang di Mancanegara Pertunjukan wayang ini sudah sangat klasik dan menjadi bagian dari tradisi dan budaya berbagai masyarakat dan suku-bangsa di dunia, bukan hanya Indonesia. Selain Indonesia, negara-negara yang cukup akrab dengan dunia seni pertunjukan wayang adalah India, Cina, Mesir, Turki, Nepal, Kamboja, Thailand, Perancis, Yunani, dlsb. Di Yunani, seni wayang ini disebut karagiozis, sedangkan di Turki disebut karagoz dan hacivat atau hacivad. Seni pertunjukan wayang di Turki dipopulerkan oleh rezim Dinasti Turki Usmani Ottoman, yang didirikan oleh Usman Gazi di akhir abad ke-13 M. Pemerintah Turki Usmani dulu menggunakan seni pertunjukkan wayang di seluruh kekuasaannya, termasuk kawasan Timur Tengah dan Yunani. Para elit Muslim rezim Turki Usmani menggunakan wayang sebagai medium untuk mengsosialisasikan program-program pemerintah maupun alat komunikasi dan berinteraksi dengan warga, selain sebagai "hiburan rakyat" tentunya. Sosok "karagoz" melambangkan "kelas bawah""wong cilik" sedangkan "hacivat" menggambarkan "kelas atas" dan "golongan terdidik" "wong gede". Dalam konteks seni wayang kulit Indonesia, sosok "karagoz” ini seperti rombongan "punakawan”, sementara karakter "hacivat” seperti para kesatria dari Amarta atau Alengka. Karena Mesir dulu pernah menjadi daerah kekuasaan Turki Usmani, seni wayang pun ikut-ikutan populer di negeri Piramida ini. Di Mesir, sosok atau karakter "karagoz” disebut "aragoz” yang masih dimainkan hingga kini. Aragoz, yang selalu mengenakan topi khas warna merah disebut "tartour”, merupakan lambang rakyat kecil dan selalu melontarkan kritik-kritik sosial yang cerdas dan bernas dengan gaya banyolan ala Abu Nawas di Abad Pertengahan Islam. Turki Usmani bukan satu-satunya agen yang memperkenalkan seni wayang di Mesir. Dinasti Fatimiyah, di abad ke-10 M, dikabarkan juga memperkenalkan seni wayang. Bahkan sebagian sumber menyebut seni wayang sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Muhammad Ibnu Daniel al-Mousilli di abad ke-13 M, pernah menulis dan mendokumentasikan sejarah seni pertunjukan wayang di Mesir dan Timur Tengah pada umumnya dalam sejumlah kitabnya seperti Taif al-Khayal, Ajib wa Gharib, dan al-Moutayyam. Untuk melestarikan seni wayang ini, pemerintah Mesir bahkan sampai mengirim sejumlah seniman untuk belajar seni pertunjukan wayang di berbagai negara. Di antara mereka adalah Salah Al-Saqa, Ibrahim Salem, Mustafa Kamal, Ahmad Al-Matini, Kariman Fahmi, dlsb. Jenis dan Asal-Usul Wayang di Indonesia Jika di Mesir jenis wayang yang populer adalah wayang golek terbuat dari kayu, di Indonesia ada cukup banyak jenis wayang, baik yang populer maupun bukan. Selain wayang golek, ada wayang kulit, wayang klitik, wayang orang, wayang potehi yang ini berasal dari Tiongkok, wayang suket wayang ini dipopulerkan oleh almarhum Ki Slamet Gundono, wayang menak, wayang cupak, wayang gedog/wayang topeng, wayang beber, wayang sadat, wayang wahyu, dlsb. Dari sekian banyak jenis wayang tersebut, tiga di antaranya, yaitu wayang kulit, wayang golek, dan wayang klitik mendapat predikat sebagai "Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”. Predikat ini diberikan oleh UNESCO pada tahun 2003. Dengan anugerah atau predikat ini, UNESCO memberi "mandat” pada pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama memelihara, melestarikan, dan bahkan mengembangkan dan memajukan tradisi dan seni adiluhung ini. Ada sejumlah pendapat tentang asal-usul wayang di Indonesia, khususnya untuk jenis wayang kulit. Ada yang menyebut dipengaruhi oleh kebudayaan India tetapi ada pula yang mengatakan bahwa seni wayang kulit ini merupakan bagian dari "local genius” leluhur Nusantara, khususnya Jawa pendapat ini dikemukakan oleh beberapa sejarawan Belanda seperti Hazeu dan Brandes. Dari manapun asal mulanya, pertunjukan seni wayang sudah cukup tua di Nusantara. Misalnya, sekitar abad 9 M, ditemukan Inskripsi Jaha, dikeluarkan oleh Maharaja Sri Lokapala dari Kerajaan Medang di Jawa Tengah, yang menyebutkan tentang sejumlah pertunjukan seni, termasuk perwayangan. Kemudian pada abad ke-10 M ditemukan sebuah inskripsi "Si Galigi Mawayang" yang berarti "Tuan Galigi Bermain Wayang”. Sudah tentu, khususnya dalam seni wayang kulit, kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana ala India menjadi salah satu tema populer dalam seni perwayangan di Indonesia. Tetapi dalam perkembangannya, sumber inspirasi pertunjukkan seni wayang itu sangat kaya dan beraneka ragam, bukan hanya dipengaruhi oleh cerita-cerita ala Hindu India saja tetapi juga dari sumber-sumber lain, misalnya, Serat Menak, sejarah keislaman, dan kisah-kisah kehidupan manusia sehari-hari. Tokoh-tokoh wayang pun beraneka ragam dan banyak yang berciri khas lokal Nusantara. Serat Menak tidak jelas siapa penulisnya dan kapan terbitnya tetapi populer di Jawa dan Lombok adalah sebuah karya sastra fiksi agung yang konon diinspirasi oleh karya sastra Melayu, Hikayat Amir Hamzah yang merupakan terjemahan dari sebuah karya sastra yang ditulis di zaman Khalifah Harun al-Rasyid w. 809 di abad ke-8/9 M. Iklan Yang dimaksud dengan Amir Hamzah atau Raja Hamzah dalam Serat Menak dan Hikayat Amir Hamzah adalah Hamzah bin Abdul Muttalib w. 625, salah seorang paman Nabi Muhammad w. 632 yang gagah perkasa dalam membela dan menyebarkan Islam di abad ke-7 M. Dari cerita Serat Menak inilah kemudian lahir sejumlah jenis wayang seperti wayang golek menak atau wayang orang menak, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang isi atau alur ceritanya menggambarkan lika-liku dakwah Islam dan perjuangan menegakkan masyarakat bermoral seperti yang dilakukan oleh "Amir Hamzah”. Wayang Bukan Hanya Sebagai Tontonan Tapi Juga Tuntunan Karena wayang dianggap sebagai tradisi positif serta medium yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral ke masyarakat, maka para ulama dan Walisongo dulu, elit Muslim Turki Usmani, raja-raja Islam Jawa, dlsb ikut mempraktekkan dan memopulerkan seni wayang ini. Dengan kata lain, oleh mereka, wayang bukan hanya sebagai "tontonan” atau hiburan masyarakat saja tetapi juga "tuntunan” atau pedoman hidup agar masyarakat menjadi lebih baik, mulia, bermoral, dan bermartabat. Saya sendiri adalah penggemar berat wayang, khususnya wayang kulit. Saya juga suka dengan wayang golek. Beberapa dalang favorit saya adalah Ki Nartosabdo, Ki Hadi Sugito, Ki Timbul Hadi Prayitno, Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono, Ki Sugino Siswocarito, dan Ki Seno Nugroho. Untuk wayang golek, Ki Asep Sunarya Jawa Barat dan Ki Rohim Jawa Tengah adalah "dalang idola” saya. Sayang, sebagain besar dalang senior dan sepuh yang piawai sudah almarhum. Dalang piawai yang masih tergolong muda seperti Ki Seno Nugroho dan Ki Enthus Susmono juga sudah meninggal. Meskipun begitu saya melihat di YouTube ada sejumlah dalang muda yang sangat berbakat seperti Ki MPP Bayu Aji Pamungkas putra Ki Anom Suroto atau Ki Sigit Ariyanto. Ada lagi sejumlah "dalang cilik” seperti Ki Yusuf Ansari. Ini tentu cukup menggembirakan. Islam, Seni, dan Budaya Almarhum KH Abdurrahman Wahid Gus Dur pernah mengatakan kalau Islam hadir bukan untuk "mengislamankan tradisi dan budaya lokal" tetapi untuk "memberi nilai" atas tradisi dan budaya setempat itu agar tidak melenceng dari nilai-nilai dan norma-norma keislaman dan kesusilaan. Jika tradisi dan budaya lokal itu sudah sangat baik, positif, bernilai, dan bermoral, serta bermanfaat untuk masyarakat banyak, maka Islam tidak mempermasalahkannya, dan bahkan turut memelihara dan menyerapnya karena memang "sudah Islami". Itulah yang dilakukan oleh Walisongo, para ulama NU, dan tokoh-tokoh muslim lainnya di Nusantara, dulu maupun kini. Mereka tidak mempermasalahkan wayang karena dianggap sebagai tradisi positif. Gus Dur bahkan salah satu tokoh muslim yang menjadi penggemar berat wayang dan sering menonton wayang maupun menanggap dalang-dalang legendaris. Bagi saya, wayang bukan hanya penting untuk dilestarikan tetapi juga penting untuk dikembangbiakkan sebagai sarana tontonan yang menghibur dan medium tuntunan yang bermanfaat. Kalau wayang diharamkan karena dianggap sebagai warisan sejarah dan tradisi/budaya pra-Islam, bukankah banyak sekali apa yang umat Islam kini "klaim" sebagai "ajaran, tradisi, atau budaya Islam" itu sebetulnya dan sesungguhnya berasal dari tradisi dan kebudayaan pra-Islam seperti dari tradisi/budaya Yahudi, Persi, Arab, Nabatea, dlsb? Beragama, termasuk berislam, tidak cukup hanya dengan berbekal dalil teks ini-itu ayat, hadis, qaul/perkataan ulama tetapi juga perlu bekal wawasan sosial-kesejarahan, ilmu pengetahuan, serta kedewasaan berpikir agar lebih arif dan bijak dalam menyikapi pluralitas dan kompleksitas femonena sosial yang terjadi di masyarakat. Sumanto Al Qurtuby Pendiri dan Direktur Nusantara Institute; Pengajar King Fahd University of Petroleum & Minerals, anggota Dewan Penasehat Asosiasi Antropologi Indonesia Pengda Jawa Tengah *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis. Wayangadalah warisan budaya bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Pertunjukan wayang saat ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda, sehingga dikhawatirkan wayang tidak dikenal lagi di masyarakat Indonesia. bentuk pelestarian warisan budaya yang tepat ditunjukkan pada pernyataan? mengajarkan wayang pada mata pelajaran bahasa Jawa - Kesenian wayang merupakan salah satu peninggalan budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan. Sejak 7 November 2003, kesenian wayang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Nah, karena itu, setiap tanggal 7 November ini diperingati sebagai Hari Wayang Nasional. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk melestarikan wayang, terutama di kalangan generasi muda. Mungkin saat ini kita mengenal bahwa wayang berasal dari Jawa. Akan tetapi sebenarnya ada juga wayang dari daerah lain, misalnya wayang Betawi, wayang Bali, wayang sunda, dan masih banyak lainnya. Sebagai budaya asli bangsa Indonesia, melestarikan wayang merupakan hal penting yang harus dilakukan. Berikut beberapa cara melestarikan wayang. Cara Melestarikan Wayang 1. Menyaksikan Pertunjukan Wayang Cara sederhana yang bisa dilakukan untuk melestarikan wayang ialah dengan menyaksikan pertunjukan wayang. Pertunjukan wayang bisa terus berlangsung jika ada masyarakat yang masih terlibat dalam pelaksanaannya. Baca Juga 5 Tokoh Perempuan dalam Kisah Pewayangan Mahabharata KebudayaanSuku. Wisata Budaya di Pulau Lombok lombokwisata com. 1 Budaya makanan dan ciri khas suku sasak Lombok NTB. Macam Macam Tradisi dan Budaya di Lombok Arsip Budaya. MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU SASAK LOMBOK Khoirul Umam. Tari Oncer Tarian Tradisional Suku Sasak di Lombok NTB. SUKU SASAK DI LOMBOK ragam budaya bangsa indonesia. Tradisi Bau
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Saya awali tulisan ini dengan peribahasa yang barang tentu tidak asing lagi di telinga kita, menjadi kata-kata yang selalu diulang-ulang ketika seorang guru sejarah mendidik murid-muridnya, kurang lebih seperti ini pepatahnya bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Saya pribadi mengakui jika memang benar harus seperti itu, saya sepakat karena tidak mungkin suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang maju, bangsa yang besar, yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia tanpa ia mengenali, memahami, bahkan mengambil pelajaran dari sejarah bangsanya sendiri. Dewasa ini mari kita tegaskan jika di zaman sekarang bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu melanjutkan kejayaan bangsanya seperti apa yang dicita-citakan para pendahulunya, bukan hanya sekedar menghargai tapi melakukan aksi nyata. Bung Karno pun sang proklamator kemerdekaan republik ini pernah berkata jika bangsa Indonesia jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah atau biasa kita kenal dengan istilah jasmerah. Pembelajaran sejarah sendiri sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar secara tematik, kemudian secara terpadu menjadi ilmu pengetahuan sosial di sekolah menengah pertama, dan menjadi mata pelajaran khusus di sekolah menengah atas. Pelajaran sejarah dari zaman ke zaman mengalami tantangan yang saya anggap semakin berat. Image sejarah yang membosankan, ngantuk, gagal move on dan hal-hal negatif lainnya menjadi stigma yang melekat di sebagian besar siswa kita. Oleh karena itu dibutuhkan pengemasan pembelajaran sejarah yang menyenangkan, dekat dengan siswa, dan tentunya membuat siswa tergugah untuk peduli akan sejarahnya. Pembelajaran sejarah sendiri tentunya bisa kita lakukan tidak hanya di dalam kelas saja, karena kalau kita hanya terpaku di dalam kelas tentunya siswa akan merasa jika sejarah hanya berbicara tetang ceramah, tentang buku-buku tebal, dan tentang peristiwa yang sudah pasti tidak pernah mereka ketahui bahkan mereka alami. Sehingga model pembelajaran di luar kelas bisa digunakan sebagai solusi dari problema yang mengemuka tersebut. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sudjana dan Rivai 2013, hlm. 208 jika guru dan siswa bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, maka pembelajaran akan lebih mudah dipahami. Pembelajaran sejarah di luar kelas akan lebih konkret apabila siswa diajak untuk melakukan site tours ke situs-situs bersejarah di daerahnya. Berkunjung ke tempat bersejarah atau melihat langsung benda-benda tinggalan purbakala yang disebut cagar budaya. Dalam UU No. 11 Tahun 2010 disebutkan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan yang melalui proses penetapan nasional sedikitnya ada 13 warisan milik Indonesia yang telah dicatat UNESCO menjadi Warisan Dunia The World Heritage. Ke-13 warisan itu dikelompokkan dalam tiga kategori berbeda, yaitu warisan alam, cagar alam atau situs, dan karya tak benda. 1 2 3 4 5 Lihat Sosbud Selengkapnya
Wayangsendiri merupakan warisan budaya yang awalnya bermula dari Jawa. Dulu, sewaktu Walisongo berdakwah di tanah Jawa, mereka menggunakan pagelaran wayang sebagai medianya. Cerita-ceritanya pun memiliki makna mendalam soal kehidupan. Wayang itu sendiri merupakan budaya yang cara memainkannya harus dimainkan oleh dalang. Kesenianwayang adalah sebuah seni pertunjukan yang biasa dijumpai di daerah jawa. Seiring berjalan nya waktu, ternyata penikmat wayang tidak hanya warga negara Indonesia saja. Wisatawan asing juga ada loh yang senang melihat pertunjukan wayang! Apasaja hasil seni dan budaya bangsa Indonesia yang telah mendunia, berikut penjelasannya : 1. Batik Batik diindonesi, bukan hanya melipiti kain tetapi juga budaya, teknik serta pengembangan motif serta teknologinya. Telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada 2 oktober tahun 2009, yang selanjutnya diperingati sebagai hari Batik .
  • 46voo7ftob.pages.dev/319
  • 46voo7ftob.pages.dev/313
  • 46voo7ftob.pages.dev/933
  • 46voo7ftob.pages.dev/221
  • 46voo7ftob.pages.dev/507
  • 46voo7ftob.pages.dev/273
  • 46voo7ftob.pages.dev/538
  • 46voo7ftob.pages.dev/372
  • 46voo7ftob.pages.dev/23
  • 46voo7ftob.pages.dev/932
  • 46voo7ftob.pages.dev/337
  • 46voo7ftob.pages.dev/737
  • 46voo7ftob.pages.dev/771
  • 46voo7ftob.pages.dev/921
  • 46voo7ftob.pages.dev/605
  • wayang adalah warisan budaya bangsa indonesia yang perlu dilestarikan