Sebuah artikel ilmiah, walaupun pada dasarnya komponennya sama dengan skripsi, tesis atau disertasi STD, tetapi terdapat beberapa perbedaan serta panjang tulisannya lebih singkat. Banyak mahasiswa yang sudah memiliki skripsi, tesis atau disertasi yang sudah dipertahankan dalam ujian, tetapi tetap kesulitan meringkasnya menjadi artikel ilmiah. Dari sebuah STD jika pandai mengolahnya, dapat dihasilkan beberapa artikel ilmiah. Dari hasil yang diperoleh, dapat ditulis menjadi artikel ilmiah primer, dan dari tinjauan pustaka STD, dapat dikembangkan menjadi sebuah artikel ilmiah review. Tentu saja dari Tesis dan Disertasi, karena penelitiannya lebih kompleks, dapat dihasilkan beberapa artikel ilmiah primer. Tulisan ini menjelaskan bagaimana mengubah format STD menjadi artikel ilmiah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PRINSIP DAN TEKNIK MENULIS ARTIKEL ILMIAH DARI LAPORAN PENELITIAN, SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI1 Tarkus Suganda Lab. Fitopatologi Dept. Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Daftar Isi • Pendahuluan • Persiapan Sebelum Menulis Artikel Ilmiah • Pelaksanaan Penulisan Artikel Ilmiah Komponen Artikel Ilmiah • Penutup I. PENDAHULUAN Dalam dunia akademik, artikel ilmiah memiliki peran yang sangat penting, baik bagi pengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri maupun bagi pengembangan karir peneliti dan akademisi. Bagi sivitas akademika dosen peneliti dan mahasiswa, tentunya diwajibkan melakukan penelitian. Setelah penelitian selesai, maka akan diakhiri dengan membuat laporan penelitian yang bentuknya dapat bermacam-macam. Untuk penelitian dosen biasanya berbentuk laporan penelitian, sedangkan laporan penelitian sebagai suatu produk akhir dari suatu jenjang pendidikan, dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi LPSTD belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang “tidak dipublikasikan”. Oleh karena ada slogan di dunia akademik bahwa “suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas. Cara mempublikasikan karya ilmiah banyak ragamnya, dapat berupa makalah yang diseminarkan lalu dijadikan prosiding, atau diunggah ke internet sebagai tulisan dari para penelitinya. Namun demikian, nilai kredit tertinggi dari suatu publikasi ilmiah adalah jika hasil penelitian dipublikasikan sebagai artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah yang direview oleh pakar sebidang ilmu peer-reviewed articles. Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan artikel ilmiah adalah artikel primer lihat sub-judul di bawah, sehingga bahasan akan lebih difokuskan kepada artikel ilmiah primer untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Berbagai Jenis Artikel Ilmiah Diterbitkan Dalam Jurnal Ilmiah Sebenarnya, ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam suatu jurnal ilmiah, yaitu artikel ilmiah primer melaporkan hasil penelitian si penulis artikelnya sendiri, artikel ilmiah review atau kupasan si penulisnya mengupas berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara 1 Makalah Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Kampus ITB Jatinangor, 10 Mei 2014 komprehensif, book review, surat kepada Editor jurnal letter to editor, komunikasi singkat short report, laporan perdana first report, dan lain-lain. Artikel ilmiah primer, pada dasarnya adalah versi ringkas dari suatu laporan hasil penelitian laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi - LPSTD. Dengan demikian, bagi seorang dosen termasuk juga bagi mahasiswa, seharusnya menulis artikel ilmiah jauh lebih mudah karena pada dasarnya hanya menyingkat laporan ilmiah versi LPSTD saja. II. PERSIAPAN SEBELUM MENULIS ARTIKEL ILMIAH Sebelum memulai menulis artikel ilmiah, diperlukan adanya persiapan yang matang. Persiapan tersebut termasuk persiapan mental, keterampilan dan teknis, serta sarana-prasarana. Persiapan mental meliputi motivasi dan daya tahan, Motivasi terbaik untuk menulis artikel ilmiah harus datang dari diri sendiri, walaupun dorongan dari lingkungan sekitar juga cukup berperan penting. Persiapan keterampilan dan teknis mencakup pengetahuan tentang tata-tulis dan bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia terutama EYD dan teknik parafrasing untuk menghindari plagiarisme. Selain itu, diperlukan juga keterampilan menggunakan komputer, baik untuk menganalisis data, membuat ilustrasi dan menulisnya word processing itu sendiri, maupun untuk mengakses internet-mencari kepustakaan pendukung terkini googling atau mengakses database kepustakaan seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dsb.. Dalam makalah ini, pembahasan akan difokuskan ke persiapan teknis menulis artikel dengan asumsi bahwa persiapan mental dan persiapan sarana-prasarana sudah tidak ada masalah. a. Mengikuti pelatihan penulisan artikel atau berdiskusi dengan pakar penulisan artikel. Penulis artikel ilmiah tidak sama dengan novelis yang bebas berkreasi. Penulis artikel ilmiah dipagari oleh berbagai ketentuan yang harus ditaati tanpa syarat, baik dari segi bahasa, peristilahan, tata tulis, maupun formatnya. Jurnal yang artikel ilmiahnya ditulis dengan ragam dan format yang berbeda-beda, tidak akan pernah diakreditasi. Penulis artikel ilmiah dapat diibaratkan sebagai altlet, untuk menjadi juara diperlukan latihan yang keras. Mengikuti pelatihan penulisan dan atau melakukan diskusi aktif dengan sesama penulis artikel, terutama yang sudah berpengalaman, merupakan suatu keharusan kecuali bagi penulis yang benar-benar berbakat/gifted. b. Membaca artikel ilmiah yang baik di bidang ilmu kita. Artikel ilmiah, walaupun memiliki dasar-dasar yang sama, namun harus disadari bahwa setiap bidang ilmu, bahkan setiap jurnal, memiliki gaya selingkung in-house style sendiri-sendiri. Oleh karena itu, membaca dan mengamati dengan seksama artikel-artikel ilmiah dalam bidang ilmu kita, merupakan hal yang sangat penting. c. Menetapkan jurnal ilmiah yang kita ingin kirimi artikel ilmiah. Sebagaimana telah disampaikan di atas, karena setiap jurnal memiliki kekhasan masing-masing, maka sebelum kita memulai proses penulisan artikel kita, tetapkanlah terlebih dahulu jurnal ilmiah mana yang kita ingin artikel ilmiah kita dimuat. Sebenarnya ada tambahan lain dalam kriteria pemilihan jurnal ilmiah yang kita akan kirimi naskah. Contohnya adalah reputasi jurnal ilmiah tersebut, apakah terakreditasi atau tidak? Apakah tersebar luas atau tidak memiliki situs di internet atau tidak, memiliki penyunting pakar tidak, dlsb. Faktor biaya penerbitan juga layak dipertimbangkan, karena sering jurnal ilmiah meminta bayaran yang tidak dapat dipenuhi oleh calon penulis yang dananya terbatas. Memilih jurnal ilmiah adalah proses yang memerlukan pemikiran yang matang dari berbagai sudut pertimbangan, dan umumnya keputusannya adalah sebuah kompromi dari berbagai pertimbangan tersebut. d. Mendapatkan “petunjuk penulisan artikel” jurnal tersebut dan salah satu contoh artikelnya. Sebagai akibat dari adanya gaya selingkung, oleh karena itu, sangat penting bagi seorang calon penulis artikel ilmiah untuk mendapatkan petunjuk penulisan artikel” dari jurnal yang dipilihnya. Selain petunjuk penulisannya, sangat dianjurkan juga untuk mendapatkan salah satu artikel yang sudah diterbitkan dalam jurnal tersebut. Hal ini untuk berjaga-jaga jika pemahaman kita tentang petunjukan penulisan artikel tidak terlalu benar. Sebagai penulis artikel, si penulis HARUS bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ada di dalam petunjuk penulisan artikel jurnal tersebut, sampai ke hal-hal yang detil, misalnya tentang cara penulisan satuan, cara penyingkatan nama jurnal, dlsb. Jangan pernah seorang penulis artikel mencoba mempengaruhi redaksi jurnal tersebut dengan alasan bahwa cara yang digunakan si penulis merupakan hal yang baku di bidangnya. Jika tidak suka dengan gaya selingkung jurnal tersebut, maka tidak ada paksaan bagi si penulis untuk mengirimkan naskah ke jurnal tersebut. e. Mengecek ulang data penelitian kita analisis, metodenya, penyajiannya, dlsb.. Sebelum menulis artikel, si penulis harus sudah yakin bahwa penelitian yang datanya akan dilaporkan, sudah memenuhi kaidah akademik misalnya adanya perlakuan pembanding atau kontrol, adanya pengulangan dan randomisasi, sudah memenuhi ketentuan statistik, sudah menggunakan metode penelitian yang tepat untuk tujuan penelitian tersebut, dlsb.. Selain itu, data juga sudah harus diuji statistik kalau datanya memang mengharuskan diuji statistik, sudah dibuat tabulasi atau disajikan sebagai gambar secara benar dan memenuhi kaidah keilmuan, dlsb. f. Menjamin tidak akan ada masalah kepemilikan hak atas artikel ilmiah yang akan diterbitkan. Persiapan terakhir sebelum menulis adalah mengklirkan hak kepemilikan atas artikel yang akan ditulis, terutama untuk artikel tentang penelitian kelompok atau yang melibatkan mitra. Bagi mahasiswa, jika artikelnya berasal dari skripsi, tesis, atau disertasi STD, harus jelas terlebih dahulu, siapa yang lebih berhak atas penelitian tersebut. Keteledoran tentang hak kepemilikan ini sering menjadi masalah di kemudian hari. Redaksi jurnal biasanya tidak mau tahu tentang hal ini, karena sudah menjadi kewajiban para penulis artikel untuk mengklirkan hal ini sebelum artikel ditulis. Hal ini penting misalnya jika STD berupa penelitian proyek dosen dari dana hibah, yang salah satu ketentuannya adalah harus ada artikel ilmiah atas nama si ketua peneliti. Pada prinsipnya, hak atas artikel ilmiah dari suatu penelitian kelompok, seyogyanya harus ditetapkan dan disepakati oleh setiap anggota kelompok, jauh sebelum penelitiannya sendiri dilakukan. Salah satu tujuan penulisan artikel ilmiah selain untuk penyebarluasan informasi ilmiah adalah untuk mendapatkan kredit point cum. Di Indonesia berlaku ketentuan bahwa penulis utama penulis nomor 1 atau autor senior mendapatkan 60% dari total kredit point artikel tersebut. Sebanyak 40% sisanya dibagi rata oleh autor-autor berikutnya. Kalau autornya hanya seorang, tentunya 100% dari kredit point adalah miliknya sendiri. Pada masa lalu, setiap artikel ilmiah harus menyertakan nama kepala lab., tidak peduli apakah ia terlibat atau tidak di dalam percobaan/penelitian yang dilaporkan. Penempatannya biasanya sebagai autor terakhir. Hal ini menyebabkan kemudian orang berebutan untuk menjadi autor terakhir untuk “prestise”. Timbul kesulitan yaitu bagaimana jika ada artikel yang penelitiannya dilaksanakan di lebih dari satu lab? Untuk mencegahnya, di Inggris, beberapa jurnal mengurut autor secara alfabetis. Nampaknya memang adil, tetapi sebenarnya tidak, karena autor yang memiliki konstribusi tinggi terhadap penelitian memiliki kredit point yang sama atau bahkan lebih rendah dengan autor yang tidak/kurang memberikan konstribusinya. Oleh karena itu, menurut cara modern, pengurutan autor didasarkan atas besar-kecilnya peranan autor dalam penelitian dan dalam menulis artikel. Disepakati bahwa penulis pertama adalah autor senior yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan penelitian yang dilaporkan. Komunikasi tentang artikel tersebut dapat saja diwakilkan kepada autor lain, tidak selalu harus ke autor senior. Yang dimaksud dengan senior bukan didasarkan atas umur, kepangkatan, atau jabatan, namun didasarkan pada urutan peranan pentingnya autor tersebut terhadap percobaan/penelitian yang dilakukan Etikanya, kolega atau penyelia supervisor tidak selayaknya meminta namanya dimasukkan menjadi autor jika ia tidak terlibat sama sekali dalam penelitian/percobaan. Bahkan jika nama kita yang tidak terlibat dalam proses pelaksanaan penelitian namun dicantumkan sebagai salah satu autor oleh si peneliti utama, selayaknya kita menolak dengan sopan. Sebelum meminta atau menerima nama kita dicantumkan sebagai salah satu autor suatu artikel ilmiah, sebaiknya ingatlah bahwa seorang autor sebuah artikel adalah seseorang yang bertanggung jawab secara intelektual terhadap hasil riset yang dilaporkan. Setiap autor yang dicantumkan namanya harus memiliki peran yang penting dalam riset yang dilaporkan. Sebaiknya urutan autornya harus ditentukan sebelum percobaan dilakukan. Urutan ini bisa saja berubah jika dalam pelaksanaannya terjadi berubahan. Secara singkat, pencantuman autor dalam artikel ilmiah seharusnya hanya berisi nama-nama autor yang memiliki konstribusi yang mendasar terhadap pekerjaan yang dilaporkan. Contoh kasus Diambil dari Day, 1988 Ilmuwan A merencanakan serangkaian percobaan. A menugaskan teknisi B untuk melaksanakan percobaan dan menjelaskan bagaimana melaksanakan percobaan. Jika percobaan berhasil dan hasilnya kemudian dipublikasikan, maka A akan merupakan satu-satunya autor, sekalipun teknisi B melakukan semua pekerjaan Teknisi B dihargai dalam pernyataan tertulis di bagian “Ucapan Terima Kasih”. Andaikan percobaan tersebut kurang sukses, dan si Teknisi B kemudian menyarankan kepada Ilmuwan A perbaikan pelaksanaan misalnya mengganti temperatur inkubasi dari 15 ke 270C, dan kemudian percobaan menjadi berhasil, maka nama Teknisi B masuk menjadi autor kedua. Andaikan, jika kemudian diketahui bahwa dengan merubah temperatur inkubasi tersebut organisme yang diteliti menjadi patogenik, sementara menurut literatur organisme tersebut sebenarnya non patogenik. Ilmuwan A kemudian meminta bantuan Ilmuwan C untuk melaksanakan test singkat patogenisitas. Peranan C dihargai dalam “Ucapan Terima Kasih”. Andaikan lagi, Ilmuwan C tertarik dengan organisme tersebut dan melakukan serangkaian percobaan terencana dan menemukan bahwa organisme tersebut bukan hanya patogenik terhadap binatang / tanaman percobaan tetapi juga terhadap manusia. Akhirnya sebuah tabel baru ditambahkan kedalam naskah, dan bagian hasil dan pembahasan kemudian direvisi, maka A, B, dan C kemudian menjadi autor. III. PELAKSANAAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH KOMPONEN ARTIKEL ILMIAH A. Perbedaan Format Dasar LPSTD Dengan Artikel Ilmiah Sebagaimana telah disampaikan di atas, artikel ilmiah memiliki format dasar atau komponen yang berbeda dengan LPSTD. Artikel ilmiah adalah bentuk ringkas dari LPSTD. Format baku bagian inti dari suatu artikel ilmiah, terkenal dalam sebutan berbahasa Inggris sebagai IMRaD, yang merupakan singkatan dari Introduction Pendahuluan, Materials and Method Bahan dan Metode, Results Hasil, and Discussion Diskusi atau Pembahasan. Pada sebagian jurnal, bagian Hasil digabungkan dengan Pembahasan, sebagai “Hasil dan Pembahasan”. Berikut adalah contoh dari format atau komponen bagian inti dari LPSTD. Latar Belakang Penelitian Rumusan Identifikasi Masalah Kegunaan Manfaat Penelitian Kajian Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kajian Tinjauan Pustaka Metodologi atau Bahan dan Metode Hasil dan Pembahasan ada yang memisahkan ada juga yang tidak Gambar 1. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kuantitatif Untuk LPSTD kuantitatif, mengubahnya menjadi artikel ilmiah adalah dengan cara menggabungkan kemudian meringkas Bab I dan Bab II menjadi bagian Pendahuluan, sementara untuk bagian lainnya tetap namun hanya diringkas saja. Latar Belakang Penelitian Fokus Penelitian atau Pernyataan Masalah Hasil dan Pembahasan ada yang memisahkan ada juga yang tidak Gambar 2. Format Penulisan LPSTD berbasis metode kualitatif Sementara itu, untuk format baku bagian inti LPSTD kualitatif tidak banyak yang diubah, melainkan hanya menyingkatnya saja. B. Pemahaman Fungsi dan Tata Cara Penulisan Setiap Komponen Artikel Ilmiah Judul Judul adalah bagian pertama dari artikel ilmiah yang akan dibaca orang. Oleh karena itu, penulisan judul harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca artikel tertarik. Judul yang baik adalah judul yang terdiri atas sesedikit mungkin kata-kata namun dapat dengan tepat menggambarkan isi tulisan’. Kriteria judul yang baik adalah 1. Dapat dengan ringkas mengidentifikasikan masalah yang dilaporkan oleh tulisan. 2. Dapat mengidentifikasi tujuan dari penelitian yang dilaporkan dalam artikel. 3. Menarik, dalam arti dapat mempengaruhi pembaca untuk membaca seluruh artikel. 4. Judul artikel dibatas jumlah katanya, biasanya maksimum hanya 15 buah kata. Jika untuk memenuhi kaidah judul yang baik di atas diperlukan lebih dari 15 buah kata, maka itu artinya menandakan bahwa mungkin penulis sebaiknya memecah artikel tersebut menjadi lebih dari satu artikel ilmiah. Tidak perlu memaksakan agar semua informasi dipadatkan ke dalam sebuah artikel, sehingga untuk judulnya saja diperlukan jumlah kata yang banyak. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa satu penelitian LPSTD dapat ditulis menjadi beberapa artikel ilmiah. Dengan demikian, tidak selalu judul artikel ilmiah harus sama persis dengan judul LPSTD. Dari definisi tentang judul yang baik di atas, seseorang mungkin akan menafsirkan bahwa semakin sedikit jumlah kata suatu judul tulisan, semakin baik judul tersebut. Hal ini tidaklah selalu benar, karena judul yang pendek namun tidak cukup deskriptif juga berarti tidak baik. Sebagai contoh “Biologi Ulat Sutera”. Judul ini cukup pendek, namun sama sekali tidak deskriptif. Biologi itu sangat luas. Apakah yang dimaksud dengan biologi’ adalah tentang reproduksi, sistematik, atau lainnya. Kemudian, apakah yang dimaksud dengan ulat sutera, apakah Bombyx mori atau spesies lainnya? Selain itu, pada judul di atas Biologi Ulat Sutra, tidak baik untuk sebuah judul artikel ilmiah, namun lebih tepat merupakan judul payung penelitian, atau judul sebuah tulisan bahan pengajaran buku pelajaran yang akan mengupas berbagai hal yang berkaitan dengan biologi ulat sutera. Contoh lain Penghambatan antibiotik terhadap bakteri. Judul ini juga kurang baik, karena tidak jelas apakah penghambatan yang dimaksud adalah penghambatan terhadap semua jenis antibiotik atau hanya pada antibiotik tertentu saja? Semua jenis bakteri-kah atau hanya jenis bakteri tertentu? Mungkin akan lebih baik jika judul tersebut diubah menjadi misalnya “Penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas solanacearum oleh streptomycin secara in vitro”. Namun, perlu juga disadari bahwa panjangnya suatu judul bukan disebabkan oleh banyaknya materi yang ingin disajikan, namun lebih disebabkan oleh kelemahan si penulis artikel dalam memilih kata yang tepat. Si penulis mungkin terlalu royal dengan informasi yang tidak penting, yang tidak seharusnya dicantumkan di dalam judul. Sebagai contoh • “Pengaruh usahatani terapan dalam meningkatkan pendapatan petani dalam rangka swasembada pangan secara tumpang sari di Desa Kauman, Kecamatan Banyuasih, Kabupaten DT Singapura, Provinsi DT I Jawa Utara Suatu studi kasus”. • “Pengaruh aplikasi pupuk hayati inokulasi Azotobacter sp. dan mikoriza dan pupuk nitrogen terhadap serapan N,P dan dinamika populasi mikroba tanah Azotobacter sp., derajat infeksi akar serta hasil tanaman tomat Lycopersicon esculentum pada lahan marginal cultisols”. Jika ada artikel berjudul demikian, saya yakin calon pembaca sudah akan membatalkan niatnya untuk membaca artikel tersebut, sebagus apapun isi dari artikel tersebut. Untuk kedua judul artikel di atas, dapatkah Anda membuatnya lebih singkat tanpa harus kehilangan makna dan informasinya? Selain jumlah kata, dalam membuat judul yang baik, seorang penulis artikel harus pula dapat memilih kata dan menentukan urutan kata dengan tepat. Urutan kata yang salah akan dapat mengacaukan maksud yang ingin dicapai. Sebagai contoh “Pengaruh penggantian campuran dedak dan bungkil kacang kedele oleh bungkil biji kapok terhadap prestasi ayam broiler umur 4-8 minggu” Pada judul di atas, kata oleh’ sebaiknya diganti dengan kata dengan’, karena kata oleh’ lebih menunjukkan pelaku manusia yang menggantikan dedak dan bungkil kacang kedele dengan biji kapok. Selain itu, sudah tepatkah pemilihan kata prestasi’ bagi ayam broiler? Jadi pada judul di atas, pilihan kata kurang tepat. Contoh lain Pengaruh seleksi umur dalam terhadap periode pengisian biji dan hasil pada kedelai Dapatkah Anda mencari apa yang salah dari judul di atas dan mengoreksinya? Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat judul artikel ilmiah adalah 1. Jangan terlalu spesifik, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang akan mengerti judul tersebut. Di luar negeri, artikel yang judulnya terlalu spesifik akan langsung ditolak oleh Redaksi Jurnal. Ingat bahwa alasan penulisan artikel adalah penyebarluasan informasi seluas-luasnya. 2. Hindari penggunaan singkatan, terutama yang belum umum, karena singkatan dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, sekalipun konteksnya mungkin sejalan dengan isi jurnal. Sebagai contoh “Pengaruh kegiatan KKN terhadap penghasilan petani Desa Cimarga”. Istilah KKN dalam judul tersebut apakah berarti kolusi, korupsi, dan nepotisme’ atau ketahanan dan keamanan negara’, atau kuliah kerja nyata’? 3. Hindari formula kimia, istilah kuno atau kata yang tidak umum. Judul artikel ilmiah terutama bidang eksakta dapat ditulis sebagai bungkus’ yang lebih menjelaskan tema penelitiannya tanpa menjelaskan hasil akhirnya, contohnya “Pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap hasil jagung di lahan kering.” atau dapat pula ditulis dalam redaksional lain, dengan menginformasikan hasil penelitiannya, contohnya “Pupuk kandang meningkatkan produksi jagung pada budidaya lahan kering”, atau “Pupuk kandang tidak mempengaruhi tingkat produksi jagung pada budiaya lahan kering” Beberapa jurnal ilmiah mengharuskan adanya judul pelari running title yang umumnya terdiri dari tiga lima kata. Penulisan Nama Autor Penulis dan Alamat Bagian kedua dari sebuah artikel ilmiah adalah Nama Diri penulis artikel dan alamat tempat penulis berafiliasi saat penelitian dilaksanakan. Beberapa hal berikut perlu dipahami oleh penulis artikel ilmiah 1. Tetaplah konsisten dalam menuliskan nama diri dari satu artikel ke artikel lainnya. Penulisan nama yang konsisten memiliki dua sisi penting, yaitu 1 tidak membingungkan orang ketika akan menyitir artikel Anda sebagai pustaka; dan 2 sebagai bukti bahwa anda adalah satu orang yang sama. Di Indonesia, orang sering tidak konsisten dalam menuliskan nama diri dalam tulisan ilmiah. Sebagai contoh, seseorang yang bernama Deliana Rima Susanti, dapat saja menuliskan namanya sebagai Deliana Susanti; D. Rima Susanti, atau kombinasi lainnya. Jika orang tersebut secara konsisten meneliti hal yang sama namun mempublikasikan artikel ilmiah dengan nama yang berlainan, maka orang akan bingung, apakah penulis artikel tersebut orang yang sama atau berlainan. 2. Jurnal ilmiah harus memenuhi kaidah internasional, termasuk penulisan nama. Artinya, suka atau tidak suka, nama belakang, baik berupa marga ataupun tidak sebaiknya jangan disingkat. Untuk contoh di atas, sebaiknya jangan pernah menggunakan nama Deliana karena nama akan membingungkan ketika harus ditulis dalam daftar pustaka. Nama belakang berupa singkatan pada contoh kasus di atas sebagai tidak dikenal dalam sistem penulisan nama. 3. Jika autor artikel lebih dari seorang, maka cantumkanlah siapa yang bertanggung jawab untuk komunikasi surat jika ada yang berminat menghubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang artikel tersebut. 4. Alamat yang dicantumkan menyertai nama autor adalah alamat tempat pelaksanaan penelitian yang artikelnya dilaporkan dan bukan tempat institusi bekerja para autornya. Jadi, jika artikel melaporkan hasil riset pascasarjana di Unpad, maka alamatnya harus alamat Unpad sekalipun penulis utamanya merupakan pegawai di tempat lain. Jika autornya sekarang sudah tidak lagi berada di tempat tersebut, maka hal itu biasanya diberitahukan sebagai catatan kecil di bagian lain dari artikel tersebut. 5. Tuliskanlah alamat sejelas-jelasnya, termasuk alamat surel, sehingga akan mempermudah orang lain yang ingin melakukan korespondensi. Salah satu tujuan mencantumkan alamat penulis adalah selain sebagai identitas diri contohnya adalah membedakan "Robert" yang bekerja di instansi A dengan 'Robert' yang bekerja di instansi B, adalah untuk keperluan komunikasi bagi yang berminat mendapatkan informasi tambahan tentang artikel tersebut. “Abstract”, “Abstrak”, dan “Kata Kunci” Setelah bagian Judul dan Nama Autor, maka bagian berikutnya yang akan dibaca orang dari suatu artikel ilmiah adalah Abstrak. Baik-buruknya sebuah Abstrak akan menentukan apakah pembaca akan membaca atau tidak bagian-bagian lain dari artikel tersebut. Abstrak atau Abstract dalam Bhs. Inggris adalah versi singkat sebuah artikel. Abstrak merupakan ringkasan dari setiap bagian inti sebuah artikel IMRaD. Oleh karena itu, sebuah Abstrak yang baik harus mengandung bagian yang berperan sebagai Pendahuluan, Bahan dan Metode, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan, yang tentu saja harus ditulis secara ringkas. Karena Abstrak dianggap merupakan ringkasan dari sebuah artikel ilmiah, maka sistem kompilasi dan penyimpanan artikel secara eletronik contohnya Agricola, CAB Abstract, Websco, dll. hanya memuat bagian Abstrak dari suatu artikel. Perusahaan penerbit kumpulan abstrak tersebut mengasumsikan bahwa abstrak telah ditulis dengan baik dan merepresentasikan keseluruhan isi artikel. Dalam kata lain, Abstrak merupakan suatu ”petunjuk” bagi calon pembaca suatu artikel ilmiah, apakah perlu meneruskan membaca seluruh artikel atau cukup berhenti sampai bagian Abstraknya saja. Oleh karena itu, Abstrak harus ditulis dengan benar dan penuh ketelitian. Abstrak sebaiknya ditulis ketika seluruh naskah artikel selesai dibuat dan dibaca berulang-ulang. Jadi, jangan karena urutan letaknya berada setelah Judul dan Nama Autor, maka Abstrak ditulis lebih dahulu daripada bagian lainnya. Abstrak yang baik memiliki beberapa ciri, antara lain 1. Konsisten dengan isi artikel. Jangan sampai terjadi ada data atau pernyataan di dalam Abstrak berbeda dengan apa yang ditulis di dalam naskahnya. 2. Bersifat self explanatory cukup jelas dengan sendirinya, tanpa harus merujuk ke dalam naskahnya apalagi ke daftar pustaka. Sebagai contoh, kata-kata demikian tidak baik dimunculkan di dalam abstrak “........faktor-faktor dominan yang menentukannya, akan dibahas lebih jauh dalam artikel lengkapnya” ”..... Hasil menunjukkan bahwa ditemukan faktor X yang tepat untuk peningkatan hasil” 3. Karena merupakan “versi ringkas” dari artikel, maka Abstrak harus mengandung a alasan mengapa eksperimen dilakukan rasionalisasi dan justifikasi; b tujuan eksperimen; c. metode eksperimen; d hasil; dan e kesimpulan. 4. Tidak berisi grafik, tabel, atau pengacuan pustaka. 5. Jumlah kata umumnya tidak melebihi 150 kata bahasa Indonesia dan 100 150 kata bahasa Inggris , dan sebaiknya merupakan 1 paragraf. 6. Tidak merujuk atau berisi tabel, gambar, dan daftar pustaka. Persamaan, formula, dan singkatan juga kurang baik ditampilkan di dalam Abstrak. 7. Sampai batas tertentu, abstrak sering mengulang kata-kata yang terdapat di dalam artikel. Mengenai dibatasinya jumlah kata, banyak dikeluhkan oleh para ilmuwan bidang ilmu sosial. Demi mencapai “kejelasan”, maka jumlah kata terpaksa bertambah. Hal ini nampaknya lebih merupakan suatu ketidaksiapan dalam memilih kata, karena rata-rata artikel berbahasa Inggris dalam bidang ilmu sosial lihat American Journal of Agricultural Economics dan Journal of Agribussiness ternyata dapat menyajikan Abstract yang ringkas dan padat. Berikut adalah anatomi dari salah satu contoh abstrak yang baik Responses of barley cultivars and lines to isolates of Pyrenophora teres A Douiyssi, DC Rasmusson, and AP Roelfs Plant Disease, 1998 Penerjemahan dan pemaragrafan dimaksudkan untuk memperjelas bagian-bagian abstrak Net blotch, yang disebabkan oleh Pyrenophora teres, merupakan salah satu penyakit daun yang sangat merugikan pada tanaman barley di seluruh dunia. Informasi mengenai reaksi varietas lokal, galur harapan unggul, dan variabilitas patogen mutlak diperlukan dalam mengembangkan suatu program pemuliaan untuk mendapatkan varitas resisten. Reaksi dari 38 galur barley terhadap 15 isolat P. teres telah dilakukan pada stadia bibit di rumah kaca dan hasilnya kemudian diuji di tiga lokasi di Maroko. Tidak ditemukan adanya galur yang resisten terhadap semua isolat patogen. Variabilitas patogen sangat tinggi karena tidak ada satu isolat pun yang identik. Untuk setiap isolat yang diuji, suatu aras resisten yang tinggi ditemukan pada satu atau beberapa galur. General adult resistance dijumpai sebagai respon terhadap isolat I-1, sementara general seedling resistance ditemukan terhadap isolat I-14. Resistensi dewasa tidak dijumpai pada stadia bibit pada 9 galur terhadap isolat I- 1. Hasil pengujian stadia bibit tidak konsisten dengan hasil pengujian stadia dewasa, sehingga mengurangi manfaat uji stadia bibit. Resistensi lapang varitas resisten dan medium resisten Heartland, Minn7, CI 2333, dan CI 2549 konsisten pada seluruh lokasi eksperimen. Adanya variabilitas pada P. teres dan tidak adanya galur yang resisten terhadap semua isolat mengindikasikan bahwa strategi pemuliaan tanaman harus menekankan terhadap piramidisasi gen-gen resistensi. Dalam menulis abstrak/abstract, walaupun jurnal yang kita tuju tidak meminta dibuat dalam format seperti contoh diatas sebagian besar jurnal internasional justru sekarang memintanya, penulis anjurkan agar tetap menggunakan pola seperti di atas. Hal ini dimaksudkan agar abstraknya ditulis dengan benar. Jika kemudian naskah selesai dibuat, maka kita hanya tinggal menghapus bagian-bagian tersebut sehingga abstraknya menjadi sesuai dengan petunjuk penulisan artikelnya. Abstract Abtsract merupakan bagian yang paling kurang mendapat perhatian serius dari penulis artikel di Indonesia., bahkan tesis dan disertasi pun, Abstract-nya banyakyang tidak benar. Banyak yang masih menterjemahkan kata demi kata ke dalam Bhs. Inggris. Kita memang bukan penulis / calon penulis artikel yang beribu-bahasa bhs. Inggris. Hanya sebagian dari kita yang mampu menguasai penulisan bahasa Inggris secara baik dan benar. Namun tetap saja kita dituntut untuk dapat menulis abstract yang baik. Beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam membuat Abstract adalah 1. Pada prinsipnya aturan menulis abstrak dalam bhs. Indonesia sama dengan penulisan “Abstract” 2. Untuk bagian “rasionalisasi”, gunakan “present tenses”. Untuk bagian-bagian lainnya, gunakan “past tenses”. 3. Jangan lupa atau malu untuk berkonsultasi dengan rekan sejawat yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris lebih baik. Kata Kunci /Key words Abstrak biasanya dilengkapi dengan “kata kunci” atau “key words”, yaitu sekumpulan kata-kata yang merupakan penciri atau kata penting yang dapat mengenali artikel yang dimaksud. Jika redaksi jurnal meminta, seorang penulis wajib memilih beberapa buah kata kunci yang akan digunakan biasanya dalam penyortiran secara cepat dengan komputer tentang topik penelitian atau pembahasan dari artikel tersebut. Pemilihan kata kunci mutlak menjadi tanggung jawab autor, karena hanya autorlah yang tahu kata-kata apa saja yang dianggap penting untuk mencirikan suatu artikel. Jadi jangan coba-coba menyerahkan pemilihan kata kunci kepada Redaksi karena kalau memang diwajibkan untuk menyertakan kata kunci dan Anda tidak memenuhinya akan menyebabkan naskah Anda ditolak mentah-mentah. “Pendahuluan” Suatu artikel ilmiah harus dimulai dengan mengemukakan suatu permasalahan secara jelas. Dalam bagian Pendahuluan, autor harus menjelaskan konsep atau hasil riset sebelumnya yang mendasari dilakukannya eksperimen yang akan dilaporkannya, antara lain dengan merujuk kepada pustaka atau teori yang telah terbit sebelumnya. Namun hal ini bukan berarti bahwa bagian pendahuluan harus merupakan suatu review telaahan yang ekstensif tentang permasalahan tersebut.. Pengacuan pustaka harus hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan artikel yang ditulis. Tidak perlu menyediakan acuan yang berlebihan dan terlalu panjang untuk meyakinkan pembaca tentang pentingnya permasalahan tersebut.. Tujuan dari Pendahuluan adalah menyediakan informasi latar belakang yang cukup sehingga dapat membuat pembaca mengerti tentang mengapa permasalahan tersebut dianggap penting untuk dipilih sebagai topik eksperimen/penelitian artikel tersebut. Dalam kata lain, Pendahuluan sekalipun jangan terlalu panjang namun haruslah meliputi 1. Pernyataan singkat mengenai masalah yang diteliti untuk menjustifikasi dilakukannya riset/eksperimen, atau hipotesis yang mendasarinya. Jelaskan mengapa subyek tersebut dipilih dan mengapa subyek tersebut dianggap penting. 2. Penjelasan tentang temuan orang lain yang ingin dibuktikan atau dimodifikasi. 3. Penjelasan tentang tujuan umum dari dilakukannya eksperimen. 4. Bagian akhir dari Pendahuluan haruslah menyatakan apa yang menjadi tujuan dari artikel atau eksperimen yang dilaporkan. “Bahan dan Metode” Artikel ilmiah sebenarnya adalah sebuah tulisan yang melaporkan tentang telah ditemukannya suatu pengetahuan baru’ sebagai hasil dari penelitian atau eksperimen yang dilakukan oleh autor. Temuan baru ini harus telah teruji kebenarannya. Suatu artifact’ atau hasil temuan yang diperoleh secara kebetulan, tidak selayaknya dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan’, karena tidak /belum tentu memenuhi kriteria sebagai suatu hasil yang reproduceable. Oleh karena itu, jurnal ilmiah luar negeri biasanya mensyaratkan bahwa data yang ditampilkan dalam artikel harus merupakan hasil dari eksperimen yang telah diulang bukan hanya perlakuannya yang diulang, misalnya data yang ditampilkan merupakan data dari paling tidak dua kali eksperimen, atau satu eksperimen namun memiliki ulangan atau sampel yang representatif sering jauh lebih banyak daripada batas minimum yang ditentukan. Layak tidaknya data yang ditampilkan umumnya merupakan tugas utama seorang editor atau Dewan Redaksi Pakar, dan bukan tanggung jawab Redaksi Pelaksana. Kejelasan clarity merupakan syarat utama dari suatu artikel ilmiah yang baik. Oleh karena itu, bagian Bahan dan Metode yang digunakan di dalam melaksanakan suatu eksperimen, haruslah ditulis dengan sejelas mungkin, sehingga jika orang lain yang berkompeten mengulang riset yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama pula penelitian haruslah repeatable dan data hasil penelitian haruslah reproduceable. Orang yang berkompeten adalah orang yang memiliki latar belakang kemampuan atau bidang ilmu yang relatif sama. Beberapa kiat untuk menguji apakah bagian Bahan dan Metode dari naskah artikel kita sudah jelas atau belum 1. Cobalah rekan se-laboratorium untuk membaca bagian tersebut, dapatkah rekan tersebut mengikuti alur pelaksanaan penelitian kita? 2. Dalam menjelaskan secara detil, cobalah jawab pertanyaan berikut a Apakah pembaca umumnya sudah mengenal metode yang saya lakukan? b Apakah detil dari metode yang dilakukan berperan penting dalam eksperimen saya? 3. Jika bahan yang digunakan cukup banyak, maka tampilkan bahan-bahan tersebut dalam tabel khusus atau kalau perlu, jelaskan dengan gambar/diagram. Bahan yang dimaksud misalnya adalah nama-nama isolat mikrob, judul buku-buku yang dikaji, nama varietas yang diuji, dan sebagainya. 4. Jangan menyebut satu per satu bahan eksperimen sebagaimana mahasiswa melakukannya dalam menulis skripsi, tetapi rangkaikanlah urutan pekerjaan menjadi suatu kalimat/paragraf yang menceritakan bagaimana bahan-bahan tersebut digunakan di dalam eksperimen/riset. 5. Jika Metode yang digunakan meniru dari apa yang sudah dilakukan orang, maka pencantuman referensi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Jika suatu teknik yang digunakan sudah sangat dikenal, dapat saja kita hanya dengan menyebutkan nama teknik tersebut. Sedangkan jika metode yang digunakan adalah metode ciptaan sendiri sesuatu yang jarang sekali terjadi dalam riset ilmiah zaman modern ini, maka rincian secara detil merupakan suatu hal yang mutlak harus dijelaskan dalam artikel. 6. Dalam menyebutkan bahan percobaan, spefisikasi teknis, kuantitas, sumber perolehan, dan metode penyiapan bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen, harus dijelaskan secara detil. Jika suatu produk komersil digunakan, berikan nama dan alamat perusahaan produsennya di dalam kurung setelah produk tersebut ditulis. Dalam beberapa artikel ilmiah sering dijumpai penulis yang hanya mengatakan bahwa contohnya “………… metode penelitian dilakukan menurut Metode Dixon 1985” Cara ini dianggap kurang jelas. Setelah kalimat di atas, seharusnya diikuti dengan penjelasan bagaimana metode Dixon tersebut dilakukan. Hal ini penting karena belum tentu semua pembaca mampu mendapatkan kepustakaan yang menjelaskan secara detil bagaimana melakukan metode Dixon tersebut. Dengan menjelaskannya, maka kita menjadi sumber kepustakaan tentang metode Dixon tersebut, jika seandainya pustaka aslinya sulit diperoleh. Mulailah proses penulisan bagian Bahan dan Metode pada saat penelitian masih berlangsung, karena pada saat itu, biasanya ingatan kita masih segar tentang bagaimana riset tersebut kita laksanakan. Hal ini penting dilakukan karena sering, naskah artikel ilmiah ditulis berselang 1-2 tahun setelah selesainya pelaksanaan penelitian sehingga catatan tentang bahan dan metodenya sering sudah tidak lagi tersedia. “Hasil” Tergantung dari style suatu jurnal ilmiah, bagian Hasil’ ada yang dipisahkan dari, dan ada pula yang disatukan dengan bagian Pembahasan’. Bagian “Hasil” merupakan bagian artikel yang bertujuan untuk menyampaikan informasi baru hasil temuan dari eksperimen / riset yang telah kita lakukan. Terdapat kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penulis artikel ilmiah dalam membuat bagian Hasil’ ini, yaitu banyak penulis yang mengulang-ulang pernyataan dari apa yang sudah jelas tertuang dalam gambar dan grafik. Jika tabel dan gambar telah dipersiapkan dengan benar dan baik, maka hasil dan desain eksperimen juga pasti sudah nampak jelas. Oleh karenanya, tabel, grafik, dan ilustrasi lainnya dalam bagian Hasil ini haruslah dengan jelas menggambarkan data eksperimen. Data yang sudah ada dalam tabel, gambar, grafik dan ilustrasi lainnya jangan diulas panjang lebar di dalam teks. Hanya temuan yang bermakna significant dan yang berkorelasi dengan tujuan eksperimen saja yang ditonjolkan. Tidak perlu semua data ditampilkan. Ingatlah pepatah Powell, 1888 yang menyatakan bahwa “orang bodoh bekerja mengumpulkan data, hanya yang bijaksana yang dapat memilih-milihnya” dan membuatnya menjadi bermakna, Tarkus Suganda. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus menutup-nutupi jika terdapat kelemahan di dalam eksperimen kita. Hal-hal negatif yang mungkin timbul dari eksperimen yang kita lakukan juga harus mendapat tempat untuk dibahas dalam bagian “Hasil”. Jika artikel melaporkan lebih dari satu eksperimen, maka tujuan setiap eksperimen harus dinyatakan secara tegas di dalam teks. Hasil-hasilnya harus dikaitkan satu sama lain, oleh karenanya, banyak jurnal yang menggabungkan bagian Hasil dengan Diskusi/Pembahasan. Membuat Ilustrasi Yang Efektif Ilustrasi dalam manuskrip/naskah artikel ilmiah dapat berupa foto, gambar, grafik, atau tabel. Foto, kecuali kalau sangat penting, biasanya tidak dianjurkan karena harus memenuhi persyaratan yang ketat, antara lain harus dicetak pada kertas glossy, sebaiknya hitam putih, dibuat dalam halaman terpisah, dan sebagainya. Selain itu, perlu diingat pula bahwa biaya pencetakan foto sangat mahal. Dalam membuat ilustrasi, janganlah mengada-ada. Jika hasil yang ingin disampaikan dapat dikemukakan dalam kalimat sederhana, jangan gunakan tabel atau grafik. Contoh, perhatikan gambar di bawah ini. Data diatas sebenarnya dapat dinyatakan sebagai kalimat sederhana dan ringkas “..... kecepatan reaksi larutan yang diteliti mencapai maksimal pada pH 8”. Selain tidak efisien, contoh gambar di atas merupakan contoh yang buruk tentang ilustrasi, karena 1. Gambar grafiknya bersifat terbuka 2. Tidak mencantumkan satuan dari aksis dan ordinat 3. Belum ada judulnya Kapan Memilih Grafik, Kapan Memilih Tabel? • Jika yang ingin ditampilkan adalah “trend” atau kecenderungan perkembangan dari data, maka pilihlah grafik; • Jika data berupa angka “mati”, tampilkan dalam tabel; • Tabel lebih murah dan mudah dibandingkan dengan grafik; • Pada grafik, jika nilai tertinggi pada absis adalah 78, maka angka tertinggi gunakan 80. Jika menggunakan 100 terutama jika dalam persen, maka grafik akan jadi kecil dan banyak ruang kosong; • Pada grafik, tidak perlu semua titik pada absis di”tandai” karena akan menyebabkan grafik menjadi sangat penuh. • Gunakan huruf keterangan absis dan ordinat minimum berukuran 14 • Gunakan simbol yang umum dipakai • Hindari grafik yang menggunakan warna-warna. Karena jurnal tidak dicetak berwarna-warni, maka grafik sebaiknya dapat dikenali perbedaannya berdasarkan tanda-tanda bukan dengan warna. Judul Ilustrasi • Ilustrasi tabel, grafik, dll harus dapat menjelaskan dengan sendirinya self explanatory. Jangan sampai untuk memahami ilustrasi pembaca harus merujuk pada teks • Di dalam membuat judul ilustrasi, janganlah menyebut kata grafik’ untuk ilustrasi berupa grafik, atau kata tabel’ untuk ilustrasi berupa tabel. Pembaca jurnal bukan orang bodoh yang tidak tahu membedakan grafik dari tabel. Semua orang tahu mana yang namanya grafik, tabel, atau kurva. • Tekankan pada “peristiwa” atau “proses” yang ingin ditonjolkan dengan menampilkan ilustrasi tersebut. • Kalau tanpa ilustrasi artikel sudah cukup jelas, maka jangan memaksakan menampilkan ilustrasi, karena biaya ilustrasi cukup mahal. Sebaliknya, jika tulisan kita sulit dimengerti dan ternyata ilustrasi jauh lebih dapat menjelaskan maksudnya, maka ilustrasi adalah suatu keharusan. “Pembahasan” atau “Diskusi” Di dalam bagian “Diskusi” autor berkersempatan untuk membandingkan hasil dari eksperimen yang dilakukan dengan ilmu yang sudah ada. Suatu temuan hanya dapat dikatakan sebagai suatu “ilmu pengetahuan” jika temuan tersebut telah dipublikasikan ke khalayak secara ilmiah. Hal-hal penting dari temuan eksperimen yang dilakukan kemudian akan dikelompokan ke dalam “Kesimpulan”. Oleh karena itu, dalam banyak jurnal “Diskusi” disebut sebagai “Pembahasan”. Bagian Diskusi menafsirkan data yang ditampilkan dalam bagian Hasil, yang dikaitkan dengan masalah, pertanyaan, atau hipotesis yang ditampilkan di dalam bagian Pendahuluan. Suatu diskusi yang baik akan terdiri dari 1. Prinsip-prinsip, hubungan, dan generalisasi yang didukung oleh data hasil eksperimen 2. Kekecualian, ketiadaan korelasi, dan definisi dari hal-hal yang belum baku, kesenjangan pengetahuan, dan hal-hal yang memerlukan suatu penyelidikan lanjutan 3. Penekanan pada hasil dan kesimpulan yang baik setuju maupun tidak setuju dengan hasil-hasil pengamatan lain 4. Implikasi praktis maupun teoritis 5. Kesimpulan, dengan ringkasan bukti-buktinya Bagian Diskusi, jika tidak digabungkan dengan bagian Hasil, jangan merekapitulasi hasil, tetapi harus mendiskusikan arti dari hasil yang diperoleh. Pembaca harus diberi penjelasan bagaimana hasil eksperimen memberikan suatu jawaban terhadap permasalahan yang dinyatakan dalam bagian Pendahuluan atau yang dinyatakan dalam tujuan eksperimen. Pekerjaan kita harus dikaitkan dengan pekerjaan yang dilaporkan sebelumnya, dan jelaskan mengapa hasilnya sama atau berbeda. Spekulasi tentang fenomena yang muncul dalam riset yang dilaporkan dianjurkan untuk dilakukan namun tetap harus beralasan, dan harus dapat dibuktikan. Harus pula dapat diidentifikasi terpisah dari bagian Diskusi dan Kesimpulan. Jika hasil eksperimen berbeda dengan hasil sebelumnya karena sesuatu sebab yang tidak diketahui, penjelasan yang beralasan harus diberikan. Hasil yang kontroversi harus didiskusikan secara jelas dan jujur. Kesalahan umum lainnya dari penulis artikel yang belum terlatih adalah menyajikan data tanpa menjelaskan apa manfaat dari data yang ditampilkan tersebut. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai menampilkan what, tanpa menyebutkan why, how, atau so what-nya. “Ucapan Terima Kasih” / “Sanwacana” Acknowledgment Bagian ini adalah bagian untuk mengungkapkan rasa terima kasih terhadap perorangan atau kelompok lainnya atas bantuan, saran, biaya yang telah diterima selama pelaksanaan eksperimen maupun selama penulisan artikel. Bagian ini biasanya ditempatkan setelah “Diskusi” sebelum “Daftar Pustaka”. Sebagai manusia, peneliti tidak mungkin lepas dari bantuan orang lain, apalagi dalam melaksanakan penelitian dan menulis artikel ilmiah. Maka, sudah sewajarnya, penulis artikel mengucapkan terima kasih kepada fihak-fihak yang telah membantunya, sekalipun bagian “Ucapan Terima Kasih” ini boleh ada boleh juga tidak ada dalam suatu artikel ilmiah. Dalam bagian ini, autor berkesempatan mengucapkan terima kasih kepada “Pelaksana Penelitian” yang biasanya diekspresikan sebagai “...... atas bantuan teknisnya”, dan kepada “Mereka yang membantu menerangkan mengapa dan bagaimana tentang data kita” yang biasanya diekspresikan sebagai “......atas diskusinya”. Penelitian umumnya didanai oleh fihak penyandang dana, dan jarang sekali yang didanai oleh uang si peneliti sendiri. Bagian sanwacana ini disediakan untuk mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada mereka yang membantu mulai dari konsep penelitian sampai proses penulisan artikel. Menuliskan “Referensi” di Dalam Naskah Mencantumkan referensi di dalam naskah jurnal ilmiah merupakan suatu keharusan’. Tanpa mencantumkan kepustakaan, maka Anda dapat dikategorikan sebagai plagiat, yang merupakan status terhina bagi seorang ilmuwan. Terdapat berbagai cara menuliskan referensi di dalam naskah. Setiap jurnal memiliki gaya style masing-masing. Menurut O’Connor 1978 dari 52 jurnal ilmiah internasional, ternyata terdapat 33 style yang berbeda, atau hampir berarti bahwa tidak ada dua jurnal yang memiliki gaya penulisan referensi yang sama. Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain harus mempelajari dengan seksama bagaimana gaya dari jurnal yang akan dikirimi naskah. Secara garis besar, perhatikan hal-hal berikut • Cantumkan hanya referensi yang benar-benar ada kaitannya dengan isi eksperimen. • Cantumkan hanya referensi yang sudah dipublikasi. • Sekalipun diperbolehkan, minimalkan pencantuman referensi yang berupa o skripsi, tesis, disertasi; o abstrak; o data yang belum dipublikasikan; o in press; o komunikasi pribadi. Jika referensi yang belum dipublikasi tersebut sangat penting, sebaiknya cantumkan dalam teks. • Cek cara penulisan, apakah style-nya sudah sesuai dengan jurnal sasaran? • Jika referensinya bahasa asing, contoh Johanssen and Martin 1996, jangan merubahnya menjadi “Johanssen dan Martin 1996. • Sekarang, banyak jurnal mengganti kata dan’ atau and’ dengan simbol &’ yang bersifat universal. Secara singkat, perihal penulisan referensi ini sekali lagi, ikuti secara ketat Petunjuk Penulisan Artikel dari jurnal yang kita tuju. Menyingkat Nama Jurnal Menyingkat nama jurnal tidak dapat dilakukan sembarangan. Jurnal yang baik biasanya mencantumkan bagaimana nama jurnal mereka disingkat. Terdapat suatu konsensus internasional dalam menyingkat nama jurnal, dan biasanya mengikuti suatu daftar khusus penyingkatan nama jurnal Official list of journal titles abbreviation. Secara umum, jika nama jurnal terdiri dari satu suku kata, maka umumnya tidak pernah disingkat. Contohnya Phytopathology; Phytophilactica, dll. Jika nama jurnal lebih dari satu kata, contohnya Plant Disease, maka umumnya disingkat menjadi Plant Dis., Journal of Tropical Agriculture biasanya disingkat menjadi J. Trop. Agric., dan lain-lain. Mempersiapkan Daftar Pustaka Daftar Pustaka adalah daftar yang lengkap memuat semua referensi tercetak yang dijadikan acuan dalam artikel yang ditulis. • Gaya penulisannya juga bervariasi dari jurnal ke jurnal. • “komunikasi pribadi” dan “data belum dipublikasikan” hanya boleh ditulis di dalam teks dan tidak ada di Daftar Pustaka. Biasanya ditulis di dalam tanda kurung. • Jika ada referensi yang disebut dalam naskah tapi tidak ada dalam Daftar Pustaka, maka editor jurnal dapat menolak naskah. • Hati-hati dengan salah ketik, baik nama maupun judul referensi. Kesalahan pengetikan akan diartikan kita dianggap tidak memiliki atau tidak membaca referensi aslinya. Editor tidak akan dapat membantu merevisi kesalahan ketik dalam Daftar Pustaka. • Kiat agar penulisan Daftar Pustaka lengkap • Buat daftar sebagai tahaf penulisan naskah paling akhir. • Baca naskah dari awal sampai akhir, lalu tulis semua referensi yang ditemui dalam naskah dalam suatu daftar. • Gunakan daftar tersebut untuk menyusun Daftar Pustaka. • Sebenarnya, sekarang sudah tersedia berbagai perangkat lunak manajemen pangkalan data kepustakaan, misalnya Endnote dan Mendeley, yang secara otomatis menyusun Daftar Pustaka sesaat kita memasukkan sebuah kepustakaan ke dalam naskah. IV. PENUTUP Teori, sebagus apapun tidaklah akan ada manfaatnya kecuali jika disertai dengan praktik. Menulis artikel ilmiah, setelah mengetahui teorinya, membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan latihan yang terus-menerus. Kalau Anda sudah terlatih sabar, tekun dalam melaksanakan riset, maka Anda dapat menerapkan hal yang sama dalam menulis artikel ilmiah. Selain berlatih, rajin membaca dan menyimak artikel-artikel ilmiah, terutama dari jurnal-jurnal yang berbobot akan meningkatkan kepekaan kita tentang bagaimana suatu artikel ilmiah seharusnya ditulis. Sebagaimana dalam melaksanakan penelitian, pepatah bahwa “untuk mendapatkan anak ayam, kita tidak dapat memperolehnya dengan memecahkan telur, tetapi harus melalui proses pengeraman yang membutuhkan waktu dan kesabaran”, demikian pula dalam berlatih menjadi penulis artikel ilmiah yang baik. Jika Anda selesai menulis suatu draft artikel ilmiah, maka berhentilah memikirkannya selama 2-3 hari. Kemudian bacalah kembali ketika Anda sudah memiliki waktu senggang, maka Anda akan menemukan betapa masih banyaknya kekurangan draft tersebut. Perbaikilah kembali, dan lakukan lagi hal yang sama sampai kemudian Anda merasa puas. Kemudian cobalah rekan sejawat untuk membaca naskah Anda, dapatkah ia memahaminya? BUKU ACUAN American Society of Agronomy. 1988. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 92 pp. American Society of Agronomy. 1998. Publications Handbook and Style Manual. ASA-CSSA-SSSA, Madison, WI. 154 pp. Committee on Graduate Training in Scientific Writing, 1989. Scientific Writing for Graduate Students. 5th ed. Council of Biology Editors, Inc. 187 p. Day, 1988. How to Write and Publish a Scientific Paper. 3rd ed. Oryx Press. Phoenix, AZ. 211 p. Lester, 1987. Writing Research Papers, a Complete Guide. 5th ed. Scott, Foresman and Co. Glenview, IL. 281 p. Rifai, 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta. -tsg- ... kata. Di samping itu, tidak semua hal yang dipaparkan dalam skripsi juga dijelaskan di dalam artikel, hanya beberapa bagian yang dianggap penting dengan asumsi bahwa pembaca sudah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang topik yang dibahas Tarkus, 2014. Pada daftar pustaka skripsi, semua referensi yang dibaca saat penyusunan dituliskan, sedangkan pada artikel ilmiah hanya tulisan yang dirujuk yang dicantumkan di daftar pustaka sehingga jumlahnya tidak sebanyak skripsi. ...Final-year students encounter problems in converting their thesis into scientific articles as one of the requirements from Ministry of Higher Education to graduate from university. This community service aimed at providing understanding to final-year students about writing scientific articles which are from their theses, how to use referencing manager, such as Mendeley and how to submit research article in scientific journal using OJS. The participant of this activitiy was the final-year students and fresh graduates of English Education Department, Faculty of Tarbiyah dan Teaching Science, UIN Alauddin Makassar. The method used in this activity named ’training’ by applying The Training Cyrcle approach. The training was held in four steps, they were identifying training needs, deciding the aims and planning of training, the implementation of training and evaluation. The result showed that the participants were enthusiastic in taking part in this training since the materials met their needs. Meanwhile, after the training, the students are able to understand to convert their theses into scientific articles, use referencing manager and make an account as well as submit their articles in journals using OJS.... Walaupun memiliki kadar ilmiah, pada dasarnya, skripsi, tesis, dan disertasi LPSTD belum dapat dikategorikan sebagai karya publikasi ilmiah, karena pada dasarnya LPSTD adalah karya ilmiah yang "tidak dipublikasikan". Oleh karena ada slogan di dunia akademik bahwa "suatu penelitian belumlah dianggap selesai kecuali jika hasilnya telah dipublikasikan secara luas Tarkus, 2014. ...Wahid Wachyu Adi WinartoTujuan program peningkatan minat menulis karya tulis ilmiah ilmiah mahasiswa adalah untuk meningkatkan kompetensi dalam karya tulis ilmiah dan membantu dalam meningkatkan perkembangan ilmu dan pengetahuan di Indonesia. Program melibatkan mahasiswa-mahasiswa baru yang masih awam mengetahui karya tulis ilmiah. Kegiatan ini menjadi solusi bagi permasalahan mahasiswa yaitu kurang pengetahuan dalam hal penulisan karya tulis ilmiah, sehingga kegiatan program dapat menjadi solusi peningkatan kompetensi mahasiswa baru dalam menulis karya tulis ilmiah yang nantinya dapat di publikasikan pada jurnal ilmiah nasional. Pada akhir program mahasiswa memili kemampuan terhadap karya tulis ilmiah mahasiswa, diantaranya pengetahuan jenis-jenis karya tulis ilmiah, jenis-jenis tugas karya tulis ilmiah dan jenis-jenis prilaku yang dilarang dalam penulisan karya tulis.... Ada beberapa jenis artikel ilmiah yang dapat dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah, yakni artikel ilmiah primer melaporkan hasil penelitian si penulis artikelnya sendiri, artikel ilmiah review atau kupasan si penulisnya mengupas berbagai artikel yang sejenis dan meramunya menjadi artikel baru secara komprehensif, book review, surat kepada Editor jurnal letter to editor, komunikasi singkat short report, laporan perdana first report, dan lain-lain Suganda, 2014. ...... Penulisan karya ilmiah tidak cukup berhenti sampai menghasilkan sebuah tesis saja, namun bagaimana bisa terpublikasi melalui seminar atau jurnal ilmiah Suganda, 2014. Selanjutnya, bagaimana proses dari ide, menulis karya ilmiah hingga bisa dipublikasikan? ... Muhammad FaridGenerating a scientific article is a process from finding ideas to publication in order to be accessible to the public. A student is not sufficiently stalled to produce a paper at the end of his studies or the researcher ends up being a research report, but is expected to publish it in the form of scientific articles through conference and or scientific journals. Understanding the writing process, writing format and information about scientific publications will help facilitate the publication of the intended conferences or Pengembangan Keprofesional Berkelanjutan PKB bertujuan untuk mengembangkan profesionalitas guru. PKB dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru untuk mencapai standar kompetensi profesi dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesinya yang sekaligus berimplikasi kepada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Salah satu hal yang menjadi bagian dari PKB adalah publikasi ilmiah. Saat ini, guru masih kesulitan dalam menulis artikel ilmiah hasil penelitian yang memenuhi syarat publikasi ilmiah dalam sebuah jurnal ilmiah. Hasil survey terhadap guru-guru IPA di Kabupaten BengkuluTengah, hanya guru yang pernah mengirimkan artikel ilmiah ke sebuah jurnal ilmiah. Berdasarkan hasil tersebut, dilaksanakan pengabdian yang bertujuan untuk 1 menambah pengetahuan guru-guru IPA di Kabupaten Bengkulu Tengah mengenai penulisan artikel ilmiah dalam jurnal dan 2 meningkatkan motivasi guru-guru IPA di Kabupaten Bengkulu Tengah untuk menulis artikel ilmiah dalam jurnal. Hamdan Husein BatubaraBuku ini hadir untuk memberikan tuntunan praktis dan sistematis kepada pendidik dan calon pendidik dalam membuat aneka media pembelajaran digital. Garis besar materi buku ini meliputi pemilihan media pembelajaran digital, penggunaan email, Google Drive, Youtube, blog, Quizizz, dan Google Forms, teknik mengolah gambar digital, membuat grafik, mindmap, dan komik digital. Selanjutnya, buku ini juga menjelaskan tentang teknik menggunakan program PowerPoint secara optimal, teknik membuat video pembelajaran, teknik membuat multimedia interaktif berbasis Android, teknik mengelola sistem pembelajaran daring, teknik melaksanakan penelitian dan pengembangan media pembelajaran, serta teknik menulis serta memublikasikan artikel ilmiah. Penjelasan materi buku ini juga didukung dengan video tutorial yang bisa diakses secara daring melalui kanal Youtube Hamdan Husein Batubara’. Dengan mempelajari isi buku ini, Anda akan menyadari bahwa membuat media pembelajaran digital itu ternyata tidak Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah IndonesiaM A RifaiRifai, 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Gadjah mada Univ. Press. Yogyakarta. -tsg-
penulisankarya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti karena landasarn teori yang digunakan harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pembahasan Karya ilmiah dihasilkan dengan pemikiran sistematis, disusun dalam satu urutan yang teratur, logis dan benar. Mengapa Penulisan Karya Ilmiah Harus Relevan Dengan Disiplin Ilmu Peneliti – Karya ilmiah adalah sebuat laporan ilmiah yang memuat hasil penelitian dan pemikiran. Karya ilmiah telah menjadi alat penting dalam ilmu pengetahuan, karena melalui karya ilmiah, para peneliti dapat menyebarkan hasil penelitian mereka kepada para ilmuwan lainnya. Namun, agar karya ilmiah dapat menjadi alat yang bermanfaat dan berguna bagi para peneliti, ia harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti. Mengapa relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting? Pertama, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian mereka dengan benar. Dengan menggunakan konsep dari disiplin ilmu terkait, para peneliti dapat menafsirkan hasil penelitian mereka dengan lebih mudah dan cepat. Kedua, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu membantu para peneliti untuk memvalidasi hasil penelitian mereka. Karena karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu telah diuji oleh para ahli, para peneliti akan memiliki gambaran yang lebih baik tentang apa yang dapat dicapai dari hasil penelitian mereka. Ketiga, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Karya yang relevan dengan disiplin ilmu akan menjadi lebih bermanfaat dan berguna bagi para ilmuwan lain. Ini penting karena karya yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang lebih berguna bagi ilmu pengetahuan. Keempat, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menggunakan konsep dari disiplin ilmu terkait, para peneliti dapat menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi standar akademis yang telah ditetapkan. Kesimpulannya, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti adalah sangat penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat menjadi bermanfaat dan berguna bagi para ilmuwan lain. Dengan menggunakan konsep dari disiplin ilmu yang relevan, para peneliti akan memiliki gambaran yang lebih baik tentang apa yang dapat dicapai dari hasil penelitian mereka. Ini juga akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting untuk memastikan bahwa para peneliti dapat membuat hasil penelitian mereka bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Mengapa Penulisan Karya Ilmiah Harus Relevan Dengan Disiplin Ilmu 1. Karya ilmiah adalah laporan ilmiah yang memuat hasil penelitian dan pemikiran untuk membantu para 2. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti akan membantu para peneliti untuk memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian mereka dengan 3. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu membantu para peneliti untuk memvalidasi hasil penelitian 4. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang 5. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang dapat 6. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat menjadi bermanfaat bagi para ilmuwan lain. 1. Karya ilmiah adalah laporan ilmiah yang memuat hasil penelitian dan pemikiran untuk membantu para peneliti. Karya ilmiah adalah laporan ilmiah yang memuat hasil penelitian dan pemikiran untuk membantu para peneliti. Penulisan karya ilmiah memainkan peran penting dalam membuat hasil penelitian yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti dan ditulis dalam bentuk yang berkualitas. Penulisan karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti membantu para peneliti untuk mengekspresikan ide mereka secara efektif dan logis. Dengan penulisan yang tepat, para peneliti dapat menciptakan karya ilmiah yang dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian dapat diterima dan didukung oleh peneliti lain. Selain itu, penulisan karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti memastikan bahwa hasil penelitian yang diterbitkan dapat dipercaya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa ide dan hasil penelitian yang diterbitkan dapat dipercaya oleh para peneliti lain. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang diterbitkan relevan dengan disiplin ilmu peneliti. Karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti juga membantu para peneliti untuk mengembangkan hasil penelitian mereka. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang diterbitkan tidak hanya bermanfaat untuk para peneliti saat ini, tetapi juga dapat digunakan untuk mengembangkan hasil penelitian di masa yang akan datang. Selain itu, penulisan karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti juga membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang diterbitkan tidak membuat para peneliti terjebak dalam kesalahan yang dihasilkan dari ketidakrelevanan karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti. Kesimpulannya, penulisan karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting bagi para peneliti. Hal ini penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang diterbitkan memiliki kualitas tinggi dan dapat dipercaya oleh para peneliti lain. Selain itu, penulisan karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu peneliti membantu para peneliti untuk mengembangkan hasil penelitian mereka dan menghindari kesalahan. 2. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti akan membantu para peneliti untuk memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian mereka dengan benar. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti adalah hal yang sangat penting. Ini penting bagi para peneliti agar dapat memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian dengan benar. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat mencari dan menganalisa informasi yang tepat untuk diterapkan dalam penelitian mereka. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti dapat membantu para peneliti untuk memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian dengan benar. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat mengumpulkan informasi yang relevan dan menggunakannya untuk mengkonfirmasi hipotesis yang mereka telah buat. Hasil ini dapat digunakan untuk menguji keabsahan dan kebenaran dari hipotesis yang dibuat. Selain itu, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti juga dapat membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan yang berpotensi mengakibatkan hasil yang salah. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat mengumpulkan data yang tepat untuk menguji hipotesis. Hal ini akan membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan yang berpotensi mengakibatkan hasil yang salah. Relevansi juga akan membantu para peneliti dalam mengurangi kesalahan yang berpotensi menyebabkan ambiguitas dalam hasil penelitian mereka. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat menggunakan informasi yang tepat untuk mengkonfirmasi hipotesis yang telah mereka buat. Hal ini akan membantu para peneliti untuk mengidentifikasi dan menghindari ambiguitas dalam hasil penelitian mereka. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti juga akan membantu para peneliti untuk menyajikan hasil penelitian mereka dengan benar. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat menggunakan informasi yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian mereka dengan benar. Hal ini akan membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian dalam hasil penelitian mereka. Untuk semua alasan di atas, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting untuk para peneliti. Relevansi ini akan membantu para peneliti untuk memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian mereka dengan benar. Relevansi ini juga akan membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan yang berpotensi mengakibatkan hasil yang salah dan ambiguitas dalam hasil penelitian mereka. Dengan adanya relevansi ini, para peneliti dapat menyajikan hasil penelitian mereka dengan benar dan menghindari ketidakpastian dalam hasil penelitian mereka. 3. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu membantu para peneliti untuk memvalidasi hasil penelitian mereka. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu adalah salah satu aspek penting yang harus dipertimbangkan oleh para peneliti saat menulis karya ilmiah. Relevansi digunakan untuk memastikan bahwa karya ilmiah yang ditulis tidak hanya relevan dengan konteks penelitian yang dibahas, tetapi juga dengan disiplin ilmu. Relevansi ini dapat membantu para peneliti ketika mencoba untuk memvalidasi hasil penelitian mereka. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu membantu para peneliti untuk memvalidasi hasil penelitian mereka dengan cara memastikan bahwa hasil penelitian relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajari. Misalnya, jika seorang peneliti meneliti tentang efek samping obat, mereka harus memastikan bahwa hasil mereka relevan dengan disiplin ilmu farmasi. Mereka harus melakukan penelitian yang tepat mengenai obat-obatan, farmakokinetik, dan lainnya yang relevan dengan disiplin ilmu. Selain itu, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga membantu para peneliti untuk mengidentifikasi dan menghubungkan area penelitian yang berbeda. Misalnya, jika peneliti meneliti tentang efek samping obat, mereka juga harus memastikan bahwa hasil mereka berlaku untuk disiplin lain seperti biologi molekuler, kimia, dan patologi. Penelitian ini dapat membantu para peneliti untuk menemukan dan menghubungkan area penelitian yang berbeda yang dapat memperluas pemahaman mereka tentang masalah yang sedang diteliti. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan dalam penelitian mereka. Ini membantu para peneliti untuk menentukan keterkaitan antara karya ilmiah mereka dan disiplin ilmu yang berlaku. Hal ini membantu para peneliti untuk memastikan bahwa hasil penelitian mereka valid dan dapat dipercaya. Kesimpulannya, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu adalah penting untuk membantu para peneliti untuk memvalidasi hasil penelitian mereka. Relevansi ini membantu para peneliti untuk memastikan bahwa hasil penelitian mereka tidak hanya relevan dengan konteks penelitian yang dibahas, tetapi juga dengan disiplin ilmu yang berlaku. Relevansi juga membantu para peneliti untuk menghindari kesalahan dalam penelitian mereka dan memastikan bahwa hasil penelitian mereka valid dan dapat dipercaya. 4. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Karya ilmiah adalah salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan sebuah penelitian. Karya ilmiah dapat berupa jurnal, laporan, laporan penelitian, makalah, atau disertasi. Karya ilmiah harus ditulis dengan relevan terhadap disiplin ilmu peneliti. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Pertama, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan memudahkan peneliti untuk menentukan topik yang akan diteliti. Dengan mengetahui disiplin ilmu yang akan diteliti, peneliti dapat dengan mudah menentukan topik yang akan diteliti. Hal ini sangat penting karena topik yang dipilih akan menentukan seberapa kualitas hasil karya yang akan dibuat. Kedua, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan informasi mengenai topik yang akan diteliti. Dengan mengetahui disiplin ilmu yang akan diteliti, peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam menghasilkan karya yang berkualitas. Ketiga, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan memudahkan peneliti untuk menganalisis informasi yang telah diperoleh. Dengan mengetahui disiplin ilmu yang akan diteliti, peneliti dapat dengan mudah menganalisis informasi yang telah diperoleh. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam menghasilkan karya yang berkualitas. Keempat, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan memudahkan peneliti untuk menyimpulkan hasil yang telah diperoleh. Dengan mengetahui disiplin ilmu yang akan diteliti, peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan hasil yang telah diperoleh. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam menghasilkan karya yang berkualitas. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu akan memudahkan peneliti untuk menentukan topik yang akan diteliti, mengumpulkan informasi mengenai topik yang akan diteliti, menganalisis informasi yang telah diperoleh, dan menyimpulkan hasil yang telah diperoleh. Oleh karena itu, para peneliti harus memastikan bahwa karya yang akan mereka buat benar-benar relevan dengan disiplin ilmu yang akan diteliti. 5. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan. Karya ilmiah harus relevan dengan disiplin ilmu peneliti karena hal ini dapat membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan. Pertama, dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka menulis tentang topik yang dapat mereka kuasai dengan baik. Untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas, para peneliti harus memiliki pengetahuan mendalam tentang bidang yang mereka teliti. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menulis karya ilmiah yang berkualitas. Kedua, dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa penelitian yang mereka lakukan dapat menghasilkan hasil yang valid. Untuk menghasilkan hasil penelitian yang valid, para peneliti harus memastikan bahwa mereka menggunakan metode yang tepat dan teknik yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka menggunakan metode yang tepat dan teknik yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Ketiga, dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa hasil yang mereka peroleh dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menghasilkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, para peneliti harus memastikan bahwa mereka menggunakan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka menggunakan data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Keempat, dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat dipahami oleh khalayak umum. Untuk memastikan bahwa karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat dipahami oleh khalayak umum, para peneliti harus memastikan bahwa mereka menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah dipahami. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan mudah dipahami. Kelima, dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Untuk memastikan bahwa karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, para peneliti harus memastikan bahwa mereka memahami masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan menggunakan karya ilmiah mereka untuk memberikan solusi yang tepat. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka memahami masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan menggunakan karya ilmiah mereka untuk memberikan solusi yang tepat. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu juga akan membantu para peneliti untuk menghasilkan karya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menulis karya ilmiah yang relevan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya, para peneliti dapat memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang cukup, menggunakan metode yang tepat, menggunakan data yang valid, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan memahami masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan demikian, para peneliti dapat memastikan bahwa karya ilmiah yang mereka hasilkan dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi masyarakat. 6. Relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat menjadi bermanfaat bagi para ilmuwan lain. Karya ilmiah merupakan hasil karya dari ilmuwan atau peneliti yang berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan. Karya ilmiah ini berfungsi untuk menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada para ilmuwan lain, sehingga mereka dapat memahami hasil penelitian tersebut dan memperoleh manfaat dari hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, relevansi antara karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para ilmuwan lain. Relevansi antara karya ilmiah dengan disiplin ilmu penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat menjadi bermanfaat bagi para ilmuwan lain. Hal ini karena para ilmuwan akan menggunakan hasil penelitian untuk mengembangkan teori atau konsep yang akan lebih jauh lagi. Jika hasil penelitian tidak relevan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan, maka hasil penelitian tersebut mungkin tidak dapat bermanfaat bagi para ilmuwan lain. Selain itu, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat digunakan oleh para ilmuwan lain untuk mengevaluasi hipotesis yang ada. Hal ini penting karena para ilmuwan membutuhkan informasi yang akurat dan detail untuk mengevaluasi hipotesis dan untuk mengkonfirmasi atau membantah hipotesis tersebut. Jika hasil penelitian tidak relevan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan, maka para ilmuwan tidak dapat menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi hipotesis yang ada. Selain itu, relevansi karya ilmiah dengan disiplin ilmu penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat digunakan oleh para ilmuwan lain untuk membuat teori baru. Hal ini penting karena para ilmuwan harus menggunakan informasi yang akurat dan detail untuk membuat teori yang baru dan untuk mengembangkan teori yang sudah ada. Jika hasil penelitian tidak relevan dengan disiplin ilmu yang bersangkutan, maka para ilmuwan tidak dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat teori baru atau untuk mengembangkan teori yang sudah ada. Kesimpulannya, relevansi antara karya ilmiah dengan disiplin ilmu peneliti sangat penting untuk memastikan bahwa hasil penelitian yang dihasilkan dapat menjadi bermanfaat bagi para ilmuwan lain. Dengan demikian, para ilmuwan dapat menggunakan hasil penelitian untuk memahami lebih lanjut disiplin ilmu yang bersangkutan, mengevaluasi hipotesis yang ada, dan membuat teori baru. Dengan demikian, para ilmuwan dapat memanfaatkan hasil penelitian dengan baik dan dapat mengembangkan disiplin ilmu yang bersangkutan. Kerangkateoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis. Metodologi PenelitianRelevan bisa dikatakan sebagai syarat informasi akurat dan berkualitas. Alasannya karena adanya hubungan secara langsung dengan persoalan atau permasalahan yang dihadapi, serta keuntungan timbal balik antara keduanya. Sehingga prihal ini intisari dari penggunaan kata relevan mempunyai arti “kecocokan” yang bersangkut paut dan berguna secara langsung. Disisi lainnya, yang setidaknya dipahami bahwa berbicara tentang kata relevan, tentunya kita harus memahami juga apa yang dimaksud dengan istilah relevansi. Alasannya karena keduanya saling berkaitan satu sama lainnya, misalnya saja dalam teknik analisis data penelitian. Relevan dan Relevansi Relevan bisa sesuatu yang berhubungan langsung dengan dasar terhubung atau berkaitan dengan suatu topik penelitian, sehingga berarti sesuatu yang terkini. Sebaliknya Relevansi adalah suatu konsep bahwa satu topik terhubung ke topik lain dengan cara yang membuatnya berguna untuk mempertimbangkan topik kedua ketika topik yang pertama juga dipertimbangkan. Konsep relevansi dipelajari di berbagai bidang, termasuk ilmu kognitif, logika, dan ilmu perpustakaan dan informasi. Namun, yang paling mendasar dipelajari dalam epistemologi teori pengetahuan. Teori pengetahuan yang berbeda memiliki implikasi yang berbeda untuk sesuatu yang dianggap relevan dan pandangan fundamental ini memiliki implikasi untuk semua bidang lainnya juga. Dalam penalaran formal, relevansi telah terbukti merupakan konsep yang penting tetapi sulit dipahami. Hal ini penting karena solusi dari setiap masalah memerlukan identifikasi sebelumnya dari elemen-elemen yang relevan dari mana solusi dapat dibangun. Meski hal ini sulit dipahami, karena makna relevansi tampaknya sulit atau tidak mungkin ditangkap dalam sistem logis konvensional. Pengertian Relevan Relevan adalah hubungan yang terjadi secara kait-mengait dan bersangkut-paut, sehingga hal ini biasanya mengacu pada suatu hal yang memiliki kaitan dan berhubungan erat dengan pokok masalah yang sedang dihadapi. Adapun untuk contoh penggunaan kata tidak relevan misalnya “pertanyaan yang tidak relevan hanya akan mengganggu pelajaran di kelas”. Pengertian Relevan Menurut Para Ahli Adapun definisi relevan menurut para ahli, antara lain; KBBI, Relevan diartikan sebagai kait-mengait yang secara mutlak berguna secara langsung lantaran terdapat sangkut-paut. Ciri Relevan Dua hal yang relevan ditunjukkan oleh adanya beberapa ciri, yaitu Memiliki hubungan secara nyata Dua hal dianggap relevan jika mempunyai hubungan secara nyata. Misalnya, mahasiswa A menyelesaikan kuliahnya dari program studi Pendidikan Geografi, kemudian mengajar mata pelajaran Geografi pada siswa SMA. Maka, bias dikatakan bahwa pekerjaan yang dimiliki mahasiswa A tersebut relevan dengan pendidikannya. Keterkaitan topik Ciri kedua dari sesuatu yang dianggap relevan dengan yang lain adalah memiliki keterkaitan topik secara teoritis. Sebagai contoh, seorang dosen sedang mengulas tentang topik kemiskinan dalam sebuah negara. Lalu, dosen mengaitkannya dengan rendahnya tingkat pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan. Maka topik-topik yang dibahas oleh dosen tersebut dianggap relevan sebab secara manfaat teoritis memang ada keterkaitan diantara ketiganya. Konteks relevan Konteks yang dianggap relevan digunakan untuk menghubungkan kata-kata dalam sebuah tulisan. Dalam ilmu sastra Indonesia, dikenal istilah majas, perumpamaan, atau ungkapan yang memang sengaja dibuat untuk memperindah suatu tulisan. Dalam menggunakan majas, perumpamaan atau ungkapan tersebut harus sejalan dengan apa yang dibahas dalam tulisan sehingga akan membentuk makna yang relevan. Contoh Relevan Kata relevan dapat digunakan secara universal dalam berbagai konteks atau bidang. Berikut ini contoh penerapannya; Bidang umum Kita bisa memberikan kritik saat seseorang berbicara tidak relevan dengan topik utama pembicaraan. Ini merupakan contoh penerapan kata relevan secara umum atau dalam keseharian. Suatu percakapan dikatakan relevan jika menggunakan pola sistematis yang berurutan. Kita dapat memperoleh informasi tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana dari sesuatu yang dibicarakan. Beberapa aspek tersebut akan menunjukkan apakah suatu percakapan relevan dengan topik atau tidak. Penelitian dan akademik Bidang yang banyak menggunakan istilah relevan adalah penelitian dan akademik. Sebelum melakukan penelitian, kita biasanya akan mencari teori, konsep dan referensi yang memiliki relevansi tinggi dengan apa yang akan kita teliti. Artinya kita harus mencari teori yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan penelitian kita. Bahkan seringkali, beberapa peneliti mencoba untuk membuat sesuatu yang tampaknya tidak berhubungan menjadi sangat relevan. Itu merupakan strategi para peneliti untuk mencoba hal-hal yang baru. Bisnis dan akuntansi Dalam bidang akuntansi, misalnya pada laporan keuangan, konten dan konteks harus tepat. Laporan tentang laba rugi dari suatu transaksi harus mencantumkan apa saja yang perlu tersedia. Kita tidak bisa menempatkan unsur atau data yang tidak sesuai. Selain itu, dalam bidang bisnis juga membutuhkan analisis yang relevan untuk perencanaan dan penerapan yang lebih baik. Budaya dan sosial Bidang budaya dan sosial sangat membutuhkan kata relevan saat sedang menjelaskan sesuatu. Banyak orang yang berbicara di luar konteks tapi berusaha menunjukkan keterkaitannya. Apabila dilakukan dengan sistematis dan logis, cara tersebut bahkan masuk menjadi bagian dari metode analisis ilmiah. Akan tetapi, perlu kita ingat bahwa relevansi suatu topik harus langsung terkait dengan sesuatu tanpa perantara. Nah, demikinalah artikel yang bisa dibagikan pada semua kalangan berkenaan dengan pengertian relevan menurut para ahli, ciri, dan contoh pengunannya. Semoga saja mampu memberi wawasan bagi kalian yang sedang membutuhkannya.
Penulismelakukan kajian berdasarkan teori-teori tersebut. 5. Tulisan harus relevan dengan disiplin ilmu tertentu, artinya tulisan ilmiah itu ditlis oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu. 6. Memiliki sumber penopang yang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus mempergunakan landasan teori berupa teori mutakhir (baru). 7.